Para peneliti menyarankan perlunya penyuluhan di sekolah-sekolah menengah pertama dan atas tentang bahaya perilaku klitih dan kenakalan remaja yang lain. Mereka juga menyarankan perlunya dibuat sebuah rumah pendampingan. Rumah pendampingan ini berfungsi sebagai tempat berbagi untuk semua remaja yang membutuhkan tempat bercerita.
Lebih lanjut mereka juga menyarankan perlunya dibuat aturan jam malam warung-warung makan burjo untuk remaja. "Hal ini dikarenakan, warung makan burjo menjadi sarana berkumpul dan juga nongkrong untuk remaja di Yogyakarta."
Keberadaan warung burjo di Yogyakarta terkait klitih ini juga disorot dalam studi lain yang terbit di Journal of Counseling and Personal Development pada 2019. Studi yang dibuat oleh peneliti dari Program Doktor Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma itu mengarisbawahi pentingnya koordinasi antara pihak sekolah dengan warung-warung di sekitarnya, terutama warung burjo.
"Memerikasa tas atau sepeda motor anak-anak menjadi penting bagi para orang tua. Tetapi banyak orang tua tidak punya cukup waktu untuk melakukan hal itu," tulis peneliti dalam studi tersebut.
"Dalam kasus 'Klithih’ di Yogyakarta, diketahui bahwa sebagaian pelaku menyimpan senjata tajam di warung warung dekat sekolah di mana mereka biasa mangkal. Dari kondisi itu bisa ditarik kesimpulan arti pentingnya sekolah sekolah membina hubungan baik dengan para pemilik warung (biasanya warung burjo) di sekitar sekolah," saran sang peneliti.
Source | : | KOMPAS.com,Jurnal Spirits,Journal of Counseling and Personal Development |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR