Nationalgeographic. Co.Id - Penggunaan plastik sekali pakai menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah plastik di Indonesia. Berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, produksi sampah plastik di Indonesia per tahun mencapai 66 juta ton.
Lebih mengkhawatirkan lagi, kebiasaan penggunaan plastik sekali pakai tidak diimbangi dengan kesadaran reuse dan recycle. Kebiasaan tersebut membuat sebagian besar sampah plastik yang dihasilkan tidak hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga mengalir ke laut melalui aliran sungai.
BPS mencatat, sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik mencemari perairan Indonesia. Persoalan sampah plastik yang semakin serius ini membuat pelaku bisnis di berbagai bidang industri mulai gencar untuk menghadirkan produk ramah lingkungan.
Tidak terkecuali pada bidang industri teknologi. Sejumlah inovasi diterapkan dengan menciptakan perangkat yang minim emisi karbon serta limbah plastik.
Acer sebagai salah satu pemain di industri teknologi telah mengambil langkah yang sama dengan meluncurkan laptop ramah lingkungan, yakni Acer Aspire Vero. Laptop ini terbuat dari bahan plastik post consumer recycled (PCR).
Baca Juga: Delapan Juta Ton Sampah Plastik Mencemari Lautan Selama Pagebluk
Acer Aspire Vero dibuat menggunakan bahan material plastik PCR dengan komposisi 30 persen pada rangka dan 50 persen pada keycap. Inovasi ini berhasil mengurangi konsumsi emisi karbon dioksida (CO2) sekitar 21 persen dibandingkan laptop plastik dengan ukuran serupa.
Tidak hanya itu, packaging laptop ini pun terbuat dari 85 bahan daur ulang. Menariknya lagi, kemasan dan buku petunjuk penggunaan ditulis dan diwarnai menggunakan tinta berbahan dasar kacang kedelai. Tak heran, packaging dari Acer Aspire Vero ini mendapatkan penghargaan Red Dot 2021 Brand Communication Packaging Award.
Berdesain elegan
Meski sebagian rangkanya dibuat menggunakan material bahan daur ulang, laptop Acer Aspire Vero memiliki desain menarik yang tersedia dalam satu warna, yakni Volcano Grey.
Uniknya, bodi laptop ini juga dihiasi bintik-bintik kuning dengan pola yang berbeda pada setiap unit. Hal ini karena bintik-bintik kuning tersebut terbentuk secara alami dari proses pengolahan plastik PCR.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR