Menggunakan efek meta-regresi acak dengan perkiraan varians yang kuat, para peneliti menemukan bahwa efek keseluruhan dari umpan balik wajah signifikan tetapi kecil. Hasil juga menunjukkan bahwa efek umpan balik lebih kuat dalam beberapa keadaan daripada yang lain. "Kami memeriksa 12 moderator potensial, dan 3 dikaitkan dengan perbedaan ukuran efek, yaitu yang pertama, jenis hasil emosional, umpan balik wajah memengaruhi pengalaman emosional dan pada tingkat yang lebih besar, penilaian afektif dari suatu stimulus, seperti misalnya kelucuan objektif dari film animasi."
Baca Juga: Mengenal Schadenfreude, Istilah Bahagia di Atas Penderitaan Orang Lain
Baca Juga: Senyum Berjuta Makna, Berhati-hatilah Di Mana Kita Tersenyum
Baca Juga: Rajin Tersenyum Bisa Membuat Hidup Kita Lebih Bahagia, Benarkah?
Tiga metode deteksi bias publikasi tidak mengungkapkan bukti bias publikasi dalam studi yang meneliti efek umpan balik wajah pada pengalaman emosional. Tapi ketiga metode mengungkapkan bukti bias publikasi dalam studi yang memeriksa penilaian afektif.
Selanjutnya, yang kedua, danya rangsangan emosional, yaitu efek umpan balik wajah pada pengalaman emosional lebih besar tanpa adanya rangsangan emosional yang menggugah, seperti misalnya, menonton film animasi.
Dan terakhir, jenis rangsangan, yaitu ketika peserta disajikan dengan rangsangan yang membangkitkan emosi. Efek umpan balik wajah lebih besar dengan adanya beberapa jenis rangsangan, seperti misalnya, kalimat emosional daripada yang lain seperti misalnya gambar.
Peneliti mengambil kesimpulan, bahwa bukti yang tersedia mendukung klaim sentral hipotesis bahwa wajah dapat memengaruhi pengalaman emosional. Senyum ternyata terbukti dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia. Jadi jangan menunggu bahagia untuk tersenyum, tetapi tersenyumlah agar bahagia. Literatur agama dan bahkan ilmiah telah membuktikan manfaatnya.
Source | : | Psychological Bulletin,University of Tennessee Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR