Nationalgeographic.co.id - Seorang petani bernama Nidal Abu Eid menemukan kepala patung Dewi Anat yang berusia 4.500 tahun. Dia mendapati kepala patung dewi orang-orang Kanaan itu saat menggarap tanahnya di wilayah al-Qarara, Khan Younis, Gaza.
Dilansir dari The New Arab, Nidal Abu Eid mendapati kepala patung dalam keadaan berlumpur. Ketika mencucinya dengan air, dia menyadari benda temuannya itu berharga.
"Awalnya, saya berharap untuk menjualnya kepada seseorang untuk mendapatkan uang, tetapi seorang arkeolog mengatakan kepada saya bahwa itu memiliki nilai arkeologi yang besar," kata Nidal Abu Eid kepada The New Arab.
Menemukan peninggalan dari masa lampau membuat Nidal Abu Eid merasa sanggat bangga. Karena tanah tempat tinggalnya masih memiliki nilai arkeologi yang besar.
“Artinya tanah ini milik kami dan kami memiliki peradaban dan sejarah ribuan tahun sebelum masehi, sejak zaman Kanaan,” tambah Abu Eid.
Dalam konferensi pers yang digelar beberapa waktu lalu, Jamal Abu Rida selaku Direktur Jenderal Purbakala dan Warisan Budaya mengatakan kepala patung setinggi 22 sentimeter diperkirakan berasal dari sekitar tahun 2.500 SM.
Kepala patung yang diyakini merepresentasikan Dewi Anat itu terbuat dari batu kapur. Di kepalanya terdapat ular sebagai mahkota, dikenakan oleh para dewa sebagai simbol dari kekuatan dan tak terkalahkan.
"Anat adalah dewi cinta, keindahan, dan perang dalam mitologi Kanaan," kata Jamal Abu Rida.
Beliau melanjutkan salah satu indikasi keberadaan patung ini adalah tanah Palestina dan Jalur Gaza khususnya telah melewati banyak peradaban manusia. Mulai dari peradaban Kanaan, Romawi, Bizantium, Islam, dan peradaban manusia lainnya.
Anat, Anath, atau Anatha adalah dewi Semit barat laut utama. Suriah, khususnya Ugarit dan Gunung Lebanon, lalu orang-orang Kanaan, Amori, Mesir, Libya, dan Ibrani pada satu titik menyembah sang dewi.
Atributnya Dewi Anat sangat bervariasi di antara budaya yang berbeda, dari waktu ke waktu, dan bahkan dalam mitos tertentu. Dia kemungkinan besar sangat dipengaruhi karakter dewi Yunani, Athena.
Source | : | Live Science,The New Arab |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR