Nationalgeographic.co.id - Wabah hitam atau Black Death adalah pandemi yang melanda Eropa antara tahun 1347 dan 1351. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis ini, diduga ditularkan dari hewan pengerat ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Tidak diketahui secara pasti berapa korban meninggal akibat wabah ini, tetapi diperkirakan mencapai 25 juta jiwa.
Terkait dengan wabah ini, analisis baru pada DNA kuno mengungkapkan bahwa hewan pengerat itu “menjajah” benua Eropa pada dua kesempatan, pada periode Romawi dan Abad Pertengahan. Dilansir dari Science Daily, studi ini dipimpin oleh Universitas York bersama Universitas Oxford dan Institut Max Planck.
Ini merupakan studi genetik kuno pertama dari spesies Rattus rattus atau yang dikenal sebagai tikus kapal. Studi telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications dengan judul "Palaeogenomic analysis of black rat (Rattus rattus) reveals multiple European introductions associated with human economic history" pada 3 Mei 2022.
Mereka menganalisis DNA dari sisa-sisa tikus hitam yang ditemukan di situs arkeologi yang mencakup abad ke-1 hingga ke-17 di Eropa dan Afrika Utara. Para peneliti mengumpulkan pemahaman baru tentang bagaimana populasi tikus menyebar mengikuti pasang surut perdagangan manusia, urbanisme, dan kerajaan.
Studi menunjukkan bahwa tikus hitam menjajah Eropa setidaknya dua kali, sekali dengan ekspansi Romawi dan sekali lagi pada periode Abad Pertengahan. Cocok dengan bukti arkeologis untuk penurunan atau bahkan hilangnya tikus setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi.
Penulis penelitian mengatakan ini kemungkinan terkait dengan pecahnya sistem ekonomi Romawi, meskipun perubahan iklim dan Wabah Yustinianus abad ke-6 mungkin juga berperan. Ketika kota-kota dan perdagangan jarak jauh muncul kembali pada periode Abad Pertengahan, begitu pula gelombang tikus hitam yang baru.
Tikus hitam adalah salah satu dari tiga spesies hewan pengerat, bersama dengan tikus rumah (Mus musculus) dan tikus cokelat (Rattus norvegicus), tersebar secara global karena kemampuannya untuk hidup di sekitar manusia dengan memanfaatkan makanan dan transportasi. Tikus hitam tersebar luas di seluruh Eropa setidaknya sampai abad ke-18, sebelum populasinya menurun, kemungkinan besar sebagai akibat persaingan dengan tikus cokelat yang baru tiba (Rattus norvegicus), spesies tikus yang sekarang dominan di Eropa beriklim sedang.
Baca Juga: Bakteri Penyebab Black Death Sudah Menyerang Manusia 5.000 Tahun Lalu
Baca Juga: Black Death dan Wabah Mematikan Bisa Terjadi Akibat Perubahan Iklim
Baca Juga: Ternyata, Pemakaman Korban Black Death Dilakukan Secara Hati-hati
Dr. David Orton dari Departemen Arkeologi mengungkapkan pihaknya telah lama mengetahui bahwa penyebaran tikus terkait dengan peristiwa manusia. Kami menduga bahwa ekspansi Romawi membawa mereka ke utara ke Eropa.
"Tapi satu hasil luar biasa dari penelitian kami adalah seberapa banyak dari satu peristiwa yang tampaknya terjadi, semua tulang tikus Romawi kami dari Inggris hingga Serbia membentuk satu kelompok dalam hal genetik,” ujar Dr. David Orton.
"Ketika tikus muncul kembali pada periode Abad Pertengahan, kami melihat tanda genetik yang sama sekali berbeda—tetapi sekali lagi, semua sampel kami dari Inggris, Hungaria, hingga Finlandia, semuanya dikelompokkan bersama. Kami tidak dapat mengharapkan bukti yang lebih jelas tentang kolonisasi berulang di Eropa,” lanjutnya.
Alex Jamieson, salah satu penulis di Universitas Oxford, mengatakan bahwa dominasi masa kini dari tikus cokelat telah mengaburkan sejarah menarik dari tikus hitam di Eropa. Tanda-tanda genetik dari tikus hitam purba ini mengungkapkan seberapa dekat tikus hitam dan dinamika populasi manusia.
Sementara itu, salah satu penulis dari Institut Max Planck He Yu menambahkan studi ini memperlihatkan bagaimana latar belakang genetik spesies komensal manusia, seperti tikus hitam, dapat mencerminkan peristiwa sejarah atau ekonomi. Para peneliti mengatakan bahwa penelitian ini juga dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang pergerakan manusia melintasi benua.
"Hasil kami menunjukkan bagaimana spesies komensal manusia seperti tikus hitam, hewan yang tumbuh subur di sekitar pemukiman manusia, dapat bertindak sebagai perwakilan yang ideal untuk proses sejarah manusia," tambah Dr. Orton.
Source | : | Science Daily,britannica |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR