Penyebaran Wabah Athena yang cepat dan kematian yang meningkat menyebabkan kepanikan di antara warga Athena dan pengungsi.
Thukidides melaporkan kehancuran total tatanan sosial dan pengabaian praktik keagamaan. Ketika pandemi akhirnya mereda, jumlah kematian sangat mengejutkan. Sekitar 75.000 hingga 100.000 orang tewas, termasuk Perikles sendiri.
“Wabah Athena tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pandemi terburuk,” tambah Bileta.
Kutukan dari Timur: Wabah Antoninus (165-190 M)
Sejarawan Romawi Ammianus Marcellinus melaporkan, salah satu pandemi terburuk yang melanda Kekaisaran Romawi adalah akibat dari kutukan. Selama penjarahan Seleukia (di Irak modern), tentara Romawi melebarkan celah sempit di kuil, melepaskan penyakit mematikan yang kemudian dikenal sebagai Wabah Antoninus. Peneliti menemukan bahwa wabah itu berasal dari Tiongkok dan menyebar ke barat di sepanjang Jalur Sutra.
Wabah Antoninus melanda Kekaisaran pada tahun 165 M, selama pemerintahan bersama kaisar Lucius Verus dan Marcus Aurelius. Tentara Romawi mengalami penyakit saat mengepung Seleukia. Mereka membawanya ke Romawi sekembalinya dari perang. Penyakit ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah kekaisaran – dari ibu kota hingga perbatasannya.
Galenus, tabib Yunani menggambarkan gejalanya. Penyakit ini dimulai dengan demam tetapi segera berubah menjadi buruk. Tenggorokan sakit dan bengkak, diare, luka kulit yang mengerikan, ketidakmampuan menelan, rasa haus yang tak tertahankan, batuk, dan muntah. Yang terinfeksi menderita sekitar dua minggu. Mereka yang tidak meninggal mengembangkan kekebalan terhadap wabah lebih lanjut. Pengamatan Galen menunjuk pada cacar atau campak.
Salah satu pandemi terburuk di zaman kuno, wabah meningkat dan berkurang selama satu generasi, memuncak pada tahun 189. Sejarawan Cassius Dio melaporkan hingga 2.000 orang di Roma meninggal setiap hari karena penyakit sampar.
Para ahli percaya bahwa 5 juta orang meninggal karena penyakit ini, meskipun jumlahnya bisa mencapai 7-10 juta. Wabah itu mungkin membunuh Lucius Verus, sang kaisar sendiri.
Kerugian besar melemahkan kekaisaran, memukul ekonomi dengan keras dan menghancurkan pasukannya. Mencari kambing hitam, Marcus Aurelius menganiaya orang-orang Kristen karena penolakan mereka untuk berpartisipasi dalam upacara keagamaan.
Wabah Siprianus (249-266 M)
Wabah Siprianus memperoleh namanya dari Santo Siprianus, uskup Kartago yang mencatatnya secara rinci. Dia menggambarkan epidemi sebagai awal dari akhir dunia. Namun, itu juga menyajikan gambaran yang jelas tentang perkembangan penyakit dan efeknya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR