Baca Juga: Pagebluk Kolera Mematikan dari India Menjalar ke Nusantara Abad Ke-19
Baca Juga: Bagaimana Manuver Perempuan Indonesia Merespons Dua Tahun Pagebluk?
Baca Juga: Asal-Usul Ritual: Apakah Pandemi Ini Akan Melahirkan Ritual Baru?
Selanjutnya, orang akan mengalami delusi sebelum jatuh koma dan akhirnya meninggal dalam waktu seminggu setelah terinfeksi. Kaisar Yustianus sendiri terkena, tetapi dia berhasil pulih. Sayangnya, penduduk Konstantinopel lainnya tidak seberuntung itu.
Pada puncaknya pada tahun 542, penyakit ini membunuh 5.000 orang per hari. Orang mati lebih cepat daripada yang bisa mereka kubur. Kaisar memerintahkan lubang besar untuk digali untuk membuang mayat yang membusuk. Ketika lubang besar terisi, mayat-mayat dimasukkan ke dalam menara, dengan kapur tohor dituangkan untuk mempercepat pembusukan. Selanjutnya, kapal yang penuh dengan mayat didorong ke Laut Marmara dan dibakar.
Bileta menambahkan, “Konstantinopel terhenti, makanan langka, dan hukum serta ketertiban hancur.” Pada saat Wabah Yustianus mereda, hampir setengah dari populasi kota mati.
Penyakit ini menyebar ke seluruh Kekaisaran, menyebabkan kelaparan dan kehancuran yang meluas. Salah satu pandemi terburuk di dunia kuno, Wabah Yustianus melumpuhkan ekonomi dan mengacaukan rencana penaklukan kembali kaisar.
Tahun 540 M, Wabah Yustianus terulang lagi di seluruh Eropa dan Timur Tengah sampai sekitar 750 M. Saat itu, penyakit ini merenggut sekitar 25 hingga 50 juta nyawa, sekitar setengah dari populasi dunia.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR