Studi baru dari University of South Florida mengungkapkan bahwa amfibi kecil telah mengembangkan strategi mirip manusia untuk terbang dari pohon merah atau redwood di California, pohon tertinggi di dunia. Salamander "penerjung payung" yang hidup di pohon tersebut mampu selamat meski melompat dari pohon tertinggi di dunia.
Ahli biologi Christian Brown dari University of South Florida telah lama bertanya-tanya bagaimana salamander pengembara yang diberi nama tepat ini dapat bertahan dari lompatan besar di antara redwood pesisir California utara. Mengingat makhluk kecil ini tidak memiliki lipatan kulit atau layar seperti amfibi "terbang" lainnya.
Ketika diganggu oleh pemangsa di kanopi pohon tertinggi di dunia, beberapa salamander menghadapi tugas yang tampaknya menakutkan. Mereka melompat di udara untuk keselamatan setidaknya puluhan meter dari tanah. Rincian studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal Current Biology dengan judul "Gliding and parachuting by arboreal salamanders" pada 23 Mei 2022.
Pada eksperimen unik ini, peneliti menggunakan kotak terowongan angin mini untuk mengungkap bagaimana makhluk setinggi 5 sentimeter itu mengandalkan teknik yang sama seperti penerjun payung manusia. Hewan-hewan itu memperlambat penurunan mereka seperti parasut, mengangkat dada mereka dan meregangkan anggota tubuh mereka dalam pose bintang laut yang berlebihan
Brown mengatakan, sekitar 200 spesies salamander di seluruh dunia diketahui memanjat pohon, tetapi perilaku udara pada salamander belum pernah dijelaskan sebelumnya.
"Ini adalah salamander seberat lima gram yang tak kenal takut yang memanjat pohon tertinggi di Bumi dan tidak takut untuk melakukan lompatan meyakinkan," kata Brown. "Saya pikir itu menginspirasi, dan saya berharap orang lain juga melakukannya."
Brown pertama kali mengetahui tentang salamander pengembara di National Geographic edisi Oktober 2009 tentang redwood. Dia langsung terinspirasi oleh kanopi redwood dan hewan khas yang hidup di sana tapi sering kali tidak ada yang mempelajarinya.
Untuk studi mereka, Brown dan timnya menggunakan kotak terowongan angin mini untuk mensimulasikan terjun bebas salamander, seperti gym terjung payung amfibi dalam ruangan.
Mereka kemudian mengumpulkan lima salamander pengembara dari lantai hutan di California, menjatuhkan mereka satu per satu ke terowongan angin. Untuk setiap percobaan, tim merekam gerakan hewan dengan video gerakan lambat. Kemudian mereka mengulangi percobaan dengan lima individu dari masing-masing dari tiga spesies salamander Amerika Utara lainnya yang menghabiskan waktu yang berbeda-beda di pohon.
Dalam 45 percobaan, salamander pengembara segera memposisikan diri dalam posisi seperti bentuk bintang laut terjun payung, yang menciptakan hambatan yang memperlambat turunnya hewan. Efeknya mirip dengan seseorang yang mengeluarkan tangannya dari jendela mobil dan mengarahkannya ke arah angin.
Di lebih dari setengah percobaan, salamander pengembara juga menggoyangkan ekor mereka untuk melakukan koreksi arah. Kadang-kadang mereka membelokkan tubuh mereka, menyelipkan satu kaki dan berputar di sekitarnya di tengah penerbangan. Upaya ini memberi salamander pengembara kontrol yang tepat atas keturunan mereka dan memperlambat kecepatan mereka sekitar 10 persen.
Tim juga mencoba spesies salamander lain dalam eksperimen mereka untuk diuji, tetapi perilaku itu lebih jarang terjadi pada amfibi yang menghabiskan lebih sedikit waktu di pohon. Ensatina Monterey, yang berada di darat, terjun payung hanya dalam tiga dari 45 percobaan.
"Itu adalah studi hebat yang menggabungkan sejarah alam dengan desain eksperimental," kata Gary Bucciarelli, seorang ahli ekologi di University of California, Los Angeles, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. “Ini membuka banyak pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di habitat alami."
Dibangun untuk melambung dan memanjat
Salamander pengembara juga secara fisik dibangun untuk meluncur. Mereka memiliki tubuh yang relatif datar, kaki panjang, dan kaki yang lebih besar secara proporsional dengan tubuh mereka daripada kebanyakan salamander, kata Brown. Fisik yang unik ini membuat mereka pendaki yang baik juga.
Baca Juga: Salamander Eropa Langka Ini Berdiam di Tempat yang Sama Selama 7 Tahun
Baca Juga: Sebagian Serangga dan Hewan Rutin Berganti Kulit, Ini Alasannya
Baca Juga: Menjelaskan, Mengapa Kotoran Cecak Berwarna Hitam dan Putih?
Baca Juga: Temuan Sains Terbaru: Dua Spesies Kadal Tanpa Kaki Mirip Ular
Adaptasi semacam itu juga menunjukkan bahwa kecakapan terjun payung mereka berguna untuk skenario lain di luar jatuh yang tidak disengaja atau melarikan diri dari pemangsa. Salamander kemungkinan bisa turun ke vegetasi yang menumpuk di cabang-cabang pohon untuk mencari pasangan, air, atau naungan, katanya.
Mendukung gagasan ini, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan salamander pengembara cenderung menolak berjalan lurus ke bawah batang pohon. "Ini adalah moda transportasi," kata Brown, seperti "naik lift gravitasi."
Penelitian semacam itu sangat penting, kata Brown, karena masih banyak ahli ekologi yang tidak tahu tentang kanopi redwood pesisir tua. Pohon-pohon tertinggi sulit diakses, membutuhkan peralatan dan pelatihan khusus.
Pada saat yang sama, habitat ini telah menyusut secara dramatis. Hanya sekitar lima persen dari redwood asli California yang tersisa setelah beberapa dekade penebangan komersial, kebakaran hutan terus mengancam sisanya. Perubahan iklim juga kemungkinan akan mengubah lingkungan berkabut halus di kanopi, yang mungkin dapat membahayakan penghuninya.
Source | : | National Geographic,Current Biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR