Nationalgeographic.co.id - Ketika serangga dan hewan memiliki eksterior yang keras, hanya ada satu cara untuk tumbuh: berganti kulit.
Artropoda, kelompok hewan yang paling melimpah di bumi, memiliki penutup luar yang keras yang disebut kerangka luar. “Kerangka ini melindungi mereka dari pemangsa dan menopang tubuhnya,” ungkap Liz Langley pada National Geographic. Dari cangkang kepiting hingga kepik yang mengilap, kerangka luar terdiri dalam beragam bentuk dan ukuran. Meski beragam, sebagian besar kerangka luar itu terbuat dari bahan berserat yang sama: kitin.
Ketika artropoda muda siap bertumbuh, hormon memicu kulitnya untuk mulai berganti kulit. Proses ini dikenal sebagai ekdisis. Lapisan luar rangka luar, kutikula, dan lapisan di bawahnya, epidermis, mulai membentuk kutikula pengganti yang baru. Hewan itu kemudian menghirup banyak udara, yang menggeser cairan di sekitar tubuhnya untuk memecahkan sambungan.
“Kecoak, misalnya, terbelah tepat di tengah punggung mereka. Kerangka baru muncul dalam waktu 20 menit atau kurang,” kata Andrine Shufran, ahli entomologi di Oklahoma State University.
Krustasea air seperti kepiting menyerap air, yang memberi tekanan pada lapisan yang mengalir di sekitar tubuh mereka. Ini mendorong mereka dari cangkang lama mereka.
Karena krustasea meranggas dalam bentuk utuh, "Anda dapat menemukan kulit kosong kecil yang sempurna dari semua ukuran kepiting dan kepiting tapal kuda," ungkap Christine Simon, ahli biologi evolusi di University of Connecticut.
Arachnida, seperti tarantula dan kalajengking, memiliki fleksibilitas yang lebih rendah. Jadi mereka melepaskan kepalanya. “Dan kemudian menarik semuanya keluar dari lubang itu," kata Shufran.
Ikuti ekornya
Hanya di film kartun saja seekor kura-kura bisa keluar dari cangkangnya. Dalam kehidupan nyata, cangkang kura-kura adalah bagian dari kerangkanya. “Cangkangnya terdiri dari sekitar 50 tulang yang tersusun seperti desain geometris yang rumit,” kata Jeffrey E. Lovich, ahli ekologi penelitian di U.S. Geological Survey.
Di atas cangkang bertulang itu terdapat sisik, pelat yang tumpang tindih yang terbuat dari keratin. Kura-kura melepaskan sisiknya seperti halnya menguliti. Ini dapat menyingkirkan penumpukan alga di cangkangnya atau membiarkan cangkangnya tumbuh lebih besar, kata Lovich.
Namun, ini tidak terjadi pada semua jenis kura-kura. “Waktu pelepasan sisik ini juga bervariasi pada setiap kura-kura,” kata Whit Gibbons, seorang ahli ekologi dan profesor emeritus di University of Georgia yang, bersama Lovich, ikut menulis Turtles of the World: A Guide to Every Family .
Ketika kadal siap untuk berganti kulit, warnanya sering tampak kusam, dengan mata keruh, dan mulai bergerak-gerak. Untuk membuat robekan pertama pada kulitnya, hewan tersebut akan menggosokkan dirinya pada batu atau permukaan bertekstur lainnya. “Akhirnya kadal akan keluar, meninggalkan kulit mati yang sering menyerupai stoking nilon,” kata Lovich.
Tak Hanya Cukupi Kebutuhan Gizi, Budaya Pangan Indonesia Ternyata Sudah Selaras dengan Alam
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR