Mereka dikenal sebagai tentara bayaran artinya orang yang bekerja untuk uang.
Pengemis di antara masyarakat
Ketika seseorang tidak dapat bekerja lagi, dia bergantung pada belas kasih orang lain. Pengemis menjadi pemandangan umum di perkotaan dan pedesaan di dunia Romawi kuno. Berjumlah puluhan ribu, mereka selalu mendatangi orang-orang di jalan untuk meminta sedekah.
Yang beruntung, bisa bekerja di rumah-rumah orang kaya. Budak-budak rumah tangga membagikan sisa makanan kepada para pengemis ini. Ini dilakukan baik atas inisiatif mereka sendiri atau kadang-kadang atas perintah majikan.
Seperti halnya di dunia modern, bangsa Romawi kuno juga memiliki pengemis profesional. Ini termasuk para pendeta yang mengabdikan diri pada dewi timur Cybele. Mereka menggantungkan penghidupan mereka pada derma dari masyarakat umum.
Jenis pengemis profesional lainnya adalah yang disebut filosof sinis. Kaum Sinis telah menolak semua barang duniawi. Nama mereka, kunikos dalam bahasa Yunani, berarti 'anjing kecil'. Kunikos secara agresif menyapa orang yang lewat. Kemudian, menyampaikan filosofi kemiskinan mereka dan membuat orang yang mendengarnya bersedekah.
Filantropi di Romawi kuno
Penulis Romawi Seneca the Elder berargumen bahwa adalah salah untuk tidak memberi kepada seorang pengemis. Menurutnya setiap orang memiliki hak untuk beramal. Seneca bahkan mengajarkan kebajikan humanitas.
Dia menceritakan tentang praktik yang sangat mengerikan yang masih terjadi di beberapa bagian dunia saat ini. Sebagian orang dengan sengaja melukai anak-anak, untuk membuat mereka tampak lebih menyedihkan. Anak-anak itu kemudian dikirim ke luar untuk mengemis. Ini menghantui anak-anak miskin seakan mereka dikutuk untuk menjadi pengemis. Selain itu, Seneca juga mengingatkan akan kerentanan anak-anak terhadap pemerasan dan eksploitasi.
Sogokan jelang pemilihan umum
Kaisar Augustus membagi Romawi menjadi 14 wilayah yang terdiri dari 265 distrik untuk tujuan administratif. Tidak ada pemilihan Romawi yang terjadi tanpa suap dan korupsi yang sehat. Bahkan orang miskin yang hina pun mendapat bagiannya.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR