"Ini terjadi karena selama tidur neuron yang mewakili ketiga item terkait (A, B dan C) secara spontan ditembakkan dalam urutan temporal yang dekat, sebuah fenomena yang disebut replay tidur, yang memicu plastisitas sinaptik dan menyebabkan pembentukan koneksi sinaptik yang kuat antara semua neuron ini, " kata Bazhenov.
"Oleh karena itu, setelah tidur, mengaktifkan satu grup, seperti A, mengaktifkan semua grup terkait lainnya, seperti B dan C."
Meskipun utamanya bersifat konseptual, para peneliti mengatakan bahwa karya tersebut memiliki implikasi dunia nyata.
Baca Juga: Perubahan Iklim Cenderung Mengurangi Jumlah Tidur Orang per Tahun
Baca Juga: Hasil Studi: Tidur 7 Jam Optimal bagi Orang Paruh Baya dan Lansia
Baca Juga: Studi Baru: Insomnia Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2
Baca Juga: Mengenal Hypnos, Dewa Tidur yang Mengawasi Mimpi Para Manusia
"Salah satu dampak penting dunia nyata dari penelitian ini adalah dalam menginformasikan studi penyakit di masa depan, seperti skizofrenia dan gangguan spektrum autisme," kata Bazhenov.
"Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan kondisi ini berkinerja lebih buruk pada tugas-tugas memori relasional dan juga telah mengganggu tidur, khususnya tidur gelombang lambat.
Studi mereka, lanjutnya, menunjukkan bahwa berfokus pada peningkatan tidur gelombang lambat untuk meringankan beberapa gejala kognitif yang terkait dengan kondisi ini mungkin merupakan jalan yang lebih bermanfaat daripada berfokus pada gejala kognitif secara eksklusif.
Para penulis juga mencatat bahwa fungsi memori dan kualitas tidur menurun seiring bertambahnya usia. Tapi teknologi saat ini atau yang baru yang meningkatkan osilasi tidur dapat membantu melindungi dan meningkatkan fungsi memori pada orang dewasa yang lebih tua.
Source | : | UC San Diego School of Medicine,Journal of Neuroscience |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR