"Tulang pipinya halus dan bulat, dan matanya memanjang dan tipis. Hidung lebar dan menonjol keluar dari dahi persegi panjang yang panjang, lebar, rata," lanjutnya di Archaeology News Network. Mereka yakin bahwa potongan arkeologi tersebut berasal dari kebudayaan Maya di periode klasik akhir sekitar 750-850 M.
Selain bentuk, di sekitarnya tersisa praktik ritual yang mengisyaratkan sosoknya adalah dewa. Arnolod Gonzalez Cruz, spesialis kebudayaan Maya kuno INAH menjelaskan, "Penempatan elemen-elemen (dunia atas, bumi, dan dunia bawah) ini konsentris, menutupi hampir 75 persen yang tersegel dengan batu lepas."
"Beberapa tulang hewan dimasak, dan yang lain punya bekas daging dan bekas gigi, jadi mereka pasti digunakan untuk konsumsi manusia sebagai bagian dari ritual," lanjutnya.
Ada sebuah lempengan batu gamping yang dilubangi di atas sejaji. Panjangnya 85 sentimeter, lebar 60 sentimeter, dan tebal empat sentimeter. Ada pelat tiang tiga (tripod) yang patah hampir menjadi dua, dan salah satu bagiannya dimasukkan ke dalam lubang pada lempengan itu.
Jagung adalah tanaman yang sangat penting bagi bangsa Maya kuno. Dalam teks Popol Vuh yang dibuat oleh mereka bercerita, dewa menciptakan manusia dari adonan jagung, setelah pertama kali mencoba membuatnya dari lumpur dan kayu.
Adonan jagung yang bertahan dari semua percobaan para dewa. Manusia dibentuk dari jagung putih dan darahnya dari jagung merah. Maka, mereka harus menyembah dan bersyukur pada jagung atas ciptaan para dewa dan melayaninya.
Perlahan, manusia berkembang dan menghuni selatan Meksiko, Guatemala, dan Honduras. Bangsa Maya pun mengenal kosmologi yang menunjuk surga, bumi, dan dunia bawah yang masing-masingnya diperpanjang dalam empat arah.
Dewa jagung sebagai personifikasi dari biji-bijian yang ditaburkan, melakukan berbagi ritual di dunia bawah. Menurut mitos, dewa melakukan perjalanan dengan sampan yang dikemudikan oleh para dewa dayung. Sang dewa memakai dewa yang diberikan oleh wanita muda telanjang. Kecambah pun muncul dari cangkang kura-kura yang merupakan simbol bumi. Dewa jagung pun muncul di antara Hun Ajaw dan Yax B'alam, dua dewa kembar.
Source | : | AFP,Archaeology News Network |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR