Nationalgeographic.co.id—Seringkali, seorang ekstrovert selalu dianggap sebagai pemimpin alami dalam organisasi. Tapi sebuah penelitian menunjukan bahwa seorang ekstrovert memiliki kelemahan fatal yang bahkan dalam kondisi tertentu justru dapat membahayakan.
Menurut penelitian dari ilmuwan di Fisher College of Business di Ohio State University masih ada tipe lain pemimpin yang lebih baik dan dapat diterima ketimbang ekstrovert. Kepemimpinan yang lebih disukai dan justru lebih banyak dicari.
Para peneliti menemukan bahwa pemimpin informal ternyata lebih disukai dan lebih dicari. Pemimpin informal memiliki tingkat ketegasan dan kehangatan yang sedang-sedang saja.
Tipe ini dapat mencapai titik manis antara pemimpin dan yang dipimpin, ia memiliki dua sisi sifat ekstrovert. Dengan dua sisi sifat tersebut, tipe ini lebih dapat diterima oleh mereka yang dipimpin.
Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di Journal of Applied Psychology dengan judul "Getting ahead, getting along, and getting prosocial: Examining extraversion facets, peer reactions, and leadership emergence" yang dapat diakses secara daring.
Menurut Jasmine Hu, peneliti utama studi tersebut dan profesor di Ohio State University mengatakan, Para pemimpin yang terlalu ekstrovert dapat dianggap terlalu memaksa atau terlalu menyebalkan dalam kondisi tekanan kerja yang tinggi.
"Ketegasan dan kehangatan dalam jumlah sedang mungkin dapat lebih optimal," katanya.
Studi ini memang menemukan satu faktor yang membantu para pemimpin yang sangat ekstrovert menerima nilai yang lebih baik dari rekan-rekan mereka, motivasi prososial atau keinginan untuk melihat kesejahteraan orang lain.
Pada penelitian tersebut, para peneliti melakukan dua studi terkait. Yang pertama melibatkan 260 mahasiswa sarjana bisnis yang ditugaskan secara acak ke 78 tim yang dikelola sendiri. Para siswa bekerja dalam tim mereka di berbagai proyek selama satu semester penuh.
Pada awal semester, siswa menilai diri mereka sendiri pada dua sisi ekstroversi. Salah satunya adalah ketegasan, yaitu keinginan untuk menjadi dominan dan kuat. Yang kedua adalah kehangatan, betapa ramah dan hangatnya mereka.
Motivasi prososial siswa diukur dengan menanyakan seberapa besar mereka setuju dengan pernyataan seperti "Saya peduli untuk memberi manfaat kepada orang lain melalui pekerjaan saya."
Kemudian di akhir semester, siswa menilai setiap anggota tim mereka pada seberapa banyak mereka menunjukkan kepemimpinan dalam kegiatan kelompok mereka. Berdasarkan peringkat ini, para peneliti memilih orang di setiap tim yang dilihat oleh sebagian besar rekan-rekan mereka sebagai pemimpin.
Anggota tim juga menilai seberapa besar mereka menyukai masing-masing anggota tim mereka dan seberapa besar mereka ingin mengikuti sarannya dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tugas mereka.
Studi kedua, hampir sama, dengan melibatkan 337 karyawan di tim kerja di sebuah perusahaan ritel besar di Tiongkok. Seperti halnya para siswa, ini adalah tim yang dikelola sendiri tanpa pemimpin formal. Kedua studi memiliki hasil yang sangat mirip.
Baca Juga: Penting! Upaya Peningkatan Kesejahterahan Psikologi Kaum Milenial
Baca Juga: Psikologi Paruh Baya, Nostalgia Generasi X dan Pemikirannya Kini
Baca Juga: Selidik Faktor-Faktor Penyebab Sebagian Orang Sulit Merasa Bahagia
Baca Juga: Studi Baru: Mahasiswa Menghindari Interaksi Sosial Saat Sedang Stres
Hu mengatakan, para pemimpin yang ekstrovert cenderung lebih disukai dan lebih dimintai nasihat oleh anggota tim mereka, tetapi hanya sampai pada titik tertentu.
"Para pemimpin yang menilai diri mereka sangat asertif atau sangat hangat cenderung melihat penurunan seberapa banyak anggota tim mereka menyukai mereka dan meminta saran mereka," Hu menjelaskan.
"Jika Anda terlalu asertif sebagai anggota tim, orang berpikir Anda memaksa dan mereka tidak suka itu. Dan jika kamu terlalu hangat dan ramah, itu bisa membuat orang lain merasa tertekan untuk merespons dengan cara yang sama antusiasnya."
Meski studi ini dilakukan dengan para pemimpin informal, Hu mengatakan dia yakin hasilnya juga bisa berlaku untuk supervisor yang dipilih secara formal. Dan dia mencatat bahwa bahkan dalam tim dengan pemimpin informal seperti yang ada dalam penelitian ini sering muncul dan memainkan peran kunci dalam kesuksesan tim.
Source | : | Ohio State News,Journal of Applied Psychology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR