Nationalgeographic.co.id - Jika dalam teori evolusi, semua organisme diprediksi akan menjadi semakin lemah dan memburuk seiring bertambahnya usia dan akhirnya mati, maka proses yang dikenal sebagai penuaan itu sepertinya tidak berlaku pada kura-kura. Lantas mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan kura-kura?
Kura-kura bahkan tidak hanya menunjukan penuaan yang lebih lambat, tetapi juga bahkan dapat kehidupannya dapat membaik. Laporan studi ini telah dipublikasikan di jurnal Science dengan judul "Slow and negligible senescence among testudines challenges evolutionary theories of senescence" belum lama ini.
Umumnya, semua organisme hidup menua dan mati. Tidak ada cara untuk lolos dari kematian. Namun tidak semua organisme mengikuti pola yang sama dari melemahnya dan memburuknya usia, kemudian menjadi tua dan mati. Kondisinya kontra-intuitif seperti yang terlihat.
"Berlawanan dengan teori penuaan yang tersebar luas, kami menunjukkan bahwa banyak spesies penyu dan kura-kura telah menemukan cara untuk memperlambat atau bahkan sepenuhnya mematikan penuaan," kata ahli biologi Rita da Silva dalam rilis media University of Southern Denmark.
"Ini berarti bahwa penuaan tidak dapat dihindari untuk semua organisme."
Studi ini menemukan, bahwa pola penuaan pada kura-kura dan penyu tidak menyerupai manusia atau hewan lain. Faktanya, kebanyakan dari kura-kura menua lebih lambat dan dalam beberapa kasus penuaan mereka dapat diabaikan.
Rekan penulis, Dalia Conde bahkan mengungkapkan bahwa mereka menemukan beberapa spesies kura-kura bahkan dapat mengurangi tingkat penuaan mereka sebagai respons terhadap peningkatan kondisi kehidupan di kebun binatang dan akuarium, dibandingkan dengan di alam liar. Conde merupakan profesor di Departemen Biologi, University of Southern Denmark.
Tingkat penuaan nol berarti bahwa risiko kematian tidak meningkat seiring bertambahnya usia pada kura-kura raksasa Aldabra (Aldabrachelys gigantea). Tingkat yang lebih rendah dari nol berarti risiko kematian menurun seiring bertambahnya usia pada penyu rawa hitam (Siebenrockiella crassicollis).
Sementara pada manusia sama seperti kura-kura Mesir (Testudo kleinmanni), tingkat penuaan lebih tinggi dari nol yang berarti risiko kematian meningkat seiring bertambahnya usia.
Teori evolusi memprediksi bahwa penuaan muncul setelah kematangan seksual sebagai pertukaran antara energi yang diinvestasikan individu dalam memperbaiki kerusakan pada sel dan jaringannya, dan energi yang diinvestasikan dalam reproduksi, sehingga gennya diturunkan ke generasi berikutnya.
Baca Juga: Singkap Evolusi, Inilah Alasan Sebenarnya Kura-kura Memiliki Tempurung
Baca Juga: Jonathan si Kura-kura Tertua di Dunia, Tahun 2022 Berusia 190 Tahun
Baca Juga: Hari Penyu Sedunia: Hal-Hal yang Mungkin Belum Anda Tahu soal Penyu
Pertukaran ini menyiratkan antara lain bahwa, setelah mencapai kematangan seksual, individu berhenti tumbuh dan mulai mengalami penuaan, penurunan bertahap fungsi tubuh seiring bertambahnya usia.
Akan tetapi tidak dengan kura-kura, yang dapat terus tumbuh setelah kematangan seksual. Teori memprediksi bahwa pengorbanan tersebut tidak dapat dihindari, dan dengan demikian penuaan tidak bisa dihindari.
Bahkan, prediksi ini telah dikonfirmasi untuk beberapa spesies, terutama mamalia dan burung. Namun mengapa ini tidak terjadi pada kura-kura?
Untuk dipahami, pada organisme yang terus tumbuh setelah kematangan seksual, seperti kura-kura dan penyu, diyakini memiliki potensi untuk terus berinvestasi dalam memperbaiki kerusakan sel. Dengan demikian dianggap sebagai kandidat ideal untuk mengurangi dan bahkan menghindari efek merusak dari penuaan.
"Namun, perhatikan fakta bahwa beberapa dari mereka menunjukkan penuaan yang dapat diabaikan tidak berarti bahwa mereka abadi. Itu hanya berarti bahwa risiko kematian mereka tidak meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi masih lebih besar dari nol," kata salah satu peneliti, Fernando Colchero, profesor di Departemen Matematika dan Ilmu Komputer, University of Southern Denmark.
"Singkatnya, semua mereka pada akhirnya akan mati karena penyebab kematian yang tidak dapat dihindari seperti penyakit."
Sementara pada manusia, penuaan manusia tidak melambat di bawah kondisi kehidupan yang lebih baik. Pada abad terakhir, manusia telah menyaksikan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam umur panjang manusia.
Namun, penelitian pada manusia dan primata non-manusia telah menunjukkan bahwa kondisi kehidupan yang lebih baik tidak banyak mengubah laju penuaan.
Di antara spesies-spesies ini, perubahan lingkungan sebagian besar memengaruhi kematian bayi dan remaja serta penyebab kematian yang tidak bergantung pada usia seperti pemangsaan atau kondisi ekstrem.
"Jadi spesies ini, termasuk manusia, tidak bisa menghindari penuaan," kata Fernando Colchero.
Source | : | Science,University of Southern Denmark |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR