Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian oleh Louise Chassouant, ilmuwan dari Avignon University mengungkap praktik pembuatan anggur di pesisir Italia selama periode Romawi. Praktik tersebut menggunakan anggur asli Italia yang kemudian dibuat dengan stoples dengan lapisan kedap air.
Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di PLOS ONE dengan judul "Archaeobotanical and chemical investigations on wine amphorae from San Felice Circeo (Italy) shed light on grape beverages at the Roman time" baru-baru ini. Publikasi tersebut merupakan jurnal daring akses terbuka.
Pada penelitian ini, para penulis memeriksa tiga amphorae periode Romawi, toples anggur dari deposit dasar laut di dekat pelabuhan modern San Felice Circeo, Italia, sekitar 90 km tenggara Roma. Kombinasi penanda kimia, residu jaringan tanaman, dan serbuk sari memberikan bukti turunan anggur dan pinus di dalam stoples.
"Identifikasi biomarker molekuler dengan kromatografi gas—spektrometri massa digabungkan dengan bukti arkeologis dari serbuk sari dan jaringan tanaman bunga anggur," tulis peneliti.
Bukti menunjukkan bahwa amphorae digunakan dalam proses pembuatan anggur merah dan putih. Sementara pinus digunakan untuk membuat tar sebagai lapisan kedap air pada guci dan mungkin juga membumbui anggur, seperti yang telah diamati di situs arkeologi serupa.
Serbuk sari pada anggur cocok dengan spesies liar dari daerah tersebut, menunjukkan bahwa pembuat anggur ini menggunakan tanaman lokal. Meskipun masih belum jelas apakah ini didomestikasi pada saat itu.
"Serbuk sari diidentifikasi dari bunga Vitis aporate (anggur), bersama dengan asam tartarat, malat, dan piruvat menjelaskan sifat kandungan fermentasi anggur."
Sementara tar pinus, diketahui berasa dari tempat lain. Pinus kemungkinan diimpor dari Calabria atau Sisilia berdasarkan sumber sejarah lainnya.
Menurut mereka, kesimpulan yang dihasilkan dapat membuka pertimbangan baru tentang penggunaan turunan anggur yang tidak dapat didukung oleh metode analitik tradisional.
"Berdasarkan temuan serbuk sari Vitis aporate, ditemukan juga pada sampel lokal modern dan Pleistosen Tengah, kami berhipotesis penggunaan tanaman merambat asli," peneliti menjelaskan.
Baca Juga: Kompleksitas Alkohol di Masa Romawi, Simbol Kekuasaan hingga Moralitas
Source | : | PLOS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR