Nationalgeographic.co.id—Gunung Api Tonga di Samudra Pasifik menghasilkan ledakan besar pada awal tahun 2022. Ledakan dari gunung api di bawah laut ini menimbulkan gelombang bertekanan besar ke atmosfer di seluruh dunia.
Sebuah studi baru telah menemukan bahwa gelombang ini adalah yang tercepat yang pernah diamati. Kecepatannya mencapai 1.158 kilometer per jam, hampir secepat kecepatan suara.
Gunung berapi bernama Hunga Tonga-Hunga Ha'apai ini terletak sekitar 65 kilometer barat laut ibu kota Tonga, Nuku'alofa. Gunung ini berada di tengah barisan gunung berapi yang dijuluki busur vulkanik Tonga-Kermadec.
Pada 15 Januari, Hunga meletus dan mengirimkan gumpalan besar gas dan partikel yang bertiup ke mesosfer, mencapai 58 kilometer pada titik tertingginya. Ini menjadi gumpalan vulkanik terbesar dalam catatan satelit.
Peristiwa ini dipantau oleh beberapa sistem pemantauan berbasis darat dan antariksa. Salah satu tim peneliti kemudian menemukan bahwa letusan Tonga mengirimkan riak melintasi lautan, menciptakan meteotsunami kecil namun bergerak cepat (gelombang yang didorong oleh gangguan tekanan udara) yang muncul di Samudra Pasifik, Samudra Atlantik, dan Laut Mediterania.
Para peneliti itu juga melihat, sekitar 100 kilometer di atas planet Bumi, gelombang kejut akibat letusan tersebut menghasilkan angin kencang dengan kecepatan hingga 720 kilometer per jam.
Berdasarkan data satelit dan pengamatan permukaan tanah yang sama, para peneliti telah mengkonfirmasi bahwa letusan Tonga adalah salah satu peristiwa vulkanik paling eksplosif dalam sejarah umat manusia. Faktanya, gelombang atmosfer yang dihasilkan oleh gunung berapi itu menghantam Bumi setidaknya enam kali dengan kecepatan sekitar 320 meter per detik. Sebagai perbandingan, kecepatan suara adalah sekitar 343 meter per detik.
Corwin Wright, seorang Royal Society University Research Fellow yang berbasis di Center for Space, Atmospheric and Oceanic Science di University of Bath di Inggris, adalah peneliti utama dalam studi ini. Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan, "Ini adalah ledakan yang benar-benar besar, dan benar-benar unik dalam hal dari apa yang telah diamati oleh sains hingga saat ini."
"Letusan itu adalah eksperimen alam yang luar biasa. Data yang kami kumpulkan tentangnya akan meningkatkan pemahaman kita tentang atmosfer kita dan akan membantu kita memperbaiki model cuaca dan iklim kita," tambahnya seperti dilansir India Times.
Akibat letusan tersebut, ribuan orang Tonga sempat harus bertahan tanpa listrik dan air. Komunikasi dan perjalanan udara yang terganggu membuat sulit untuk menilai di mana bantuan paling dibutuhkan.
Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Gunung Hunga Tonga Mirip Dengan Krakatau Tahun 1883
Source | : | India Times |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR