Baca Juga: Kodok di Seluruh Dunia Mendekati Kepunahan, Terutama di Asia Tenggara
Baca Juga: Hasil Studi: Praktik Kanibalisme Kecebong Kodok Tebu di Australia
Baca Juga: Spesies Baru Katak Berkantung: Orang Tua Jantan Bertugas Mengasuh Anak
Sebuah percobaan penskalaan, peneliti membandingkan kekuatan gigitan dengan ukuran kepala dan tubuh. Mereka menghitung kekuatan gigitan kodok bertanduk besar yang ditemukan di hutan dataran rendah lembab tropis dan subtropis Amerika Selatan.
Dengan lebar kepala hingga 10 cm, kodok bertanduk besar akan memiliki kekuatan gigitan hampir 500 N. Ini sebanding dengan reptil dan mamalia dengan ukuran kepala yang sama.
Berdasarkan hubungan skala mereka, para ilmuwan memperkirakan kekuatan gigitan kodok raksasa yang telah punah, Beelzebufo. Kodok tersebut dalam banyak hal mirip dengan katak bertanduk yang masih hidup.
Menurut peneliti, Beelzebufo mungkin memiliki gigitan hingga 2.200 N. Kekuatan tersebut sebanding dengan predator mamalia yang tangguh seperti serigala dan harimau betina.
"Pada kekuatan gigitan ini, Beelzebufo akan mampu menaklukkan dinosaurus kecil dan remaja yang berbagi lingkungannya," kata Jones.
Para ilmuwan mengukur kekuatan gigitan menggunakan transduser kekuatan yang dibuat khusus. Perangkat itu secara akurat mengukur kekuatan yang diterapkan pada dua piring yang dilapisi kulit ketika seekor hewan menggigitnya.
"Ini adalah pertama kalinya kekuatan gigitan diukur pada katak," kata Profesor Lappin.
"Dan, berbicara dari pengalaman, kodok bertanduk memiliki gigitan yang cukup mengesankan, dan mereka cenderung tidak melepaskannya. Gigitan Beelzebufo besar akan luar biasa, jelas bukan sesuatu yang ingin saya alami secara langsung."
Sementara itu, Sean Wilcox, peneliti di University of California -Riverside, mengatakan: "Banyak orang menganggap katak bertanduk lucu karena kepala besar dan gemuk, tubuh bulat mereka," katanya.
"Namun, predator ini telah memberi kita kesempatan langka untuk belajar lebih banyak tentang biologi katak besar yang telah punah."
Source | : | Scientific Reports,University of Adelaide |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR