Nationalgeographic.co.id—Meskipun ada perawatan untuk depresi, tapi terkadang itu tidak berhasil bagi banyak orang, terutama wanita. Mereka juga mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi dari pria, namun penyebabnya tidak diketahui. Membuat penyakit mereka terkadang lebih rumit untuk diobati.
Sekarang, sebuah penelitian baru menemukan petunjuk mengapa depresi pada wanita lebih sulit dan rumit diobati. Penelitian dari University of California, Davis ini bekerja sama dengan para ilmuwan Mt. Sinai Hospital, Princeton University, dan Laval University, Quebec.
Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Biological Psychiatry dengan judul "Comparative transcriptional analyses in the nucleus accumbens identifies RGS2 as a key mediator of depression-related behavior."
Untuk diketahui, analisis sebelumnya dalam nukleus accumbens menunjukkan bahwa gen yang berbeda dihidupkan atau dimatikan pada wanita. Nukleus accumbens adalah pusat saraf yang berperan besar dalam melepas dopamine, yang mengatur mood seseorang.
Nucleus accumbens penting untuk motivasi, respons terhadap pengalaman yang bermanfaat dan interaksi sosial, yang semuanya dipengaruhi oleh depresi.
Tapi itu tidak ditemukan pada pria yang didiagnosis dengan depresi. Perubahan ini bisa menyebabkan gejala depresi, atau sebaliknya. Pengalaman depresi bisa mengubah otak, menjadi petunjuk mengapa antidepresan tidak berhasil bagi beberapa wanita.
Untuk membedakan antara kemungkinan ini, para peneliti mempelajari tikus yang telah mengalami interaksi sosial negatif. Yang menginduksi perilaku terkait depresi yang lebih kuat pada wanita daripada pria.
"Analisis ini sangat informatif untuk memahami efek stres jangka panjang pada otak," kata Alexia Williams, seorang peneliti doktoral dan lulusan UC Davis baru-baru ini yang merancang dan memimpin studi ini.
"Dalam model hewan pengerat kami, interaksi sosial negatif mengubah pola ekspresi gen pada tikus betina yang mencerminkan pola yang diamati pada wanita dengan depresi."
Ini menarik, katanya, karena wanita kurang dipelajari di bidang ini. "Dan temuan ini memungkinkan saya untuk memusatkan perhatian saya pada relevansi data ini untuk kesehatan wanita."
Setelah mengidentifikasi perubahan molekul serupa di otak tikus dan manusia, peneliti memilih satu gen, pengatur sinyal protein g-2 atau Rgs2 untuk dimanipulasi. Gen ini mengontrol ekspresi protein yang mengatur reseptor neurotransmitter yang ditargetkan oleh obat antidepresan seperti Prozac dan Zoloft.
Source | : | Biological Psychiatry,University of California - Davis |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR