"Pada manusia, versi protein yang kurang stabil dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, jadi kami penasaran untuk melihat apakah peningkatan gen ini dalam nukleus accumbens dapat mengurangi perilaku terkait depresi," kata Brian Trainor, profesor psikologi di UC Davis.
Trainor adalah penulis senior dalam penelitian ini. Dia juga anggota fakultas yang berafiliasi dengan Center for Neuroscience dan mengarahkan Lab Neuroendokrinologi Perilaku di UC Davis.
Ketika para peneliti secara eksperimental meningkatkan protein Rgs2 dalam nukleus accumbens tikus, mereka secara efektif membalikkan efek stres pada tikus betina. Mereka mencatat bahwa pendekatan sosial dan preferensi untuk makanan yang disukai meningkat ke tingkat yang diamati pada betina yang tidak mengalami stres.
Baca Juga: Ada Terapi Musik untuk Kesehatan, Bagaimana dengan 'Terapi Piknik'?
Baca Juga: Daripada Sendirian, Tidur Bersama Lebih Baik Untuk Kesehatan Mental
Baca Juga: Probiotik Dapat Mendukung Antidepresan dan Meringankan Depresi
Baca Juga: Terapi Mental Hippokrates Lewat Media Musik yang Menyembuhkan
"Hasil ini menyoroti mekanisme molekuler yang berkontribusi pada kurangnya motivasi yang sering diamati pada pasien depresi. Penurunan fungsi protein seperti Rgs2 dapat berkontribusi pada gejala yang sulit diobati pada mereka yang berjuang dengan penyakit mental," kata Williams.
Temuan dari studi sains dasar seperti ini dapat memandu pengembangan farmakoterapi untuk mengobati individu yang menderita depresi secara efektif, kata para peneliti.
"Harapan kami adalah dengan melakukan penelitian seperti ini, yang fokus pada penjelasan mekanisme gejala spesifik penyakit mental kompleks," kata Williaws.
"Kami akan membawa sains selangkah lebih dekat untuk mengembangkan perawatan baru bagi mereka yang membutuhkan."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Biological Psychiatry,University of California - Davis |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR