Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari Jagiellonian University telah memeriksa spesimen baru tardigrade dari Kyrgystan, Italia dan Argentina. Peneliti menemukan bahwa salah satu tardigrade merupakan spesies baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di Zoologischer Anzeiger dengan judul "Water bear with barbels of a catfish: A new Asian Cornechiniscus (Heterotardigrada: Echiniscidae) illuminates evolution of the genus."
Spesies baru ini dinamakan Cornechiniscus mystacinus. Spesies baru ini berasal dari pegunungan sekitar Tashkömür di wilayah Jalalabat di Kyrgystan utara.
Spesies ini berwarna kuning hingga oranye tua, memiliki tubuh besar dan montok. Ciri lainnya, mata besar, bulat, kristal hitam, cirri (mirip tentakel) peribukal panjang (filamen sensorik), dan cakar halus.
Betina dewasa rata-rata memiliki panjang 0,5 mm. Sementara, jantan lebih ramping daripada betina, dan rata-rata jauh lebih kecil.
"Spesies Kyrgystan baru bersifat dioecious (memiliki organ reproduksi jantan dan betina pada individu terpisah)," kata Piotr Gąsiorek, peneliti di Departemen Evolusi Invertebrata di Jagiellonian University.
"Dan memerlukan modifikasi diagnosis genus untuk mengakomodasi perpanjangan cirri yang kontras dengan cirri (tentakel) peribukal bulat yang khas untuk Cornechiniscus."
Cornechiniscus mystacinus memiliki cirri (mirip tentakel atau filamen seperti rambut) seperti ikan lele dan dapat ditemukan di wilayah Jalalabat di Kyrgyztan. Temuan ini meningkatkan hipotesis tentang asal usul genus di Asia Tengah.
Seperti diketahui, tardigrade pertama kali ditemukan pada tahun 1773. Tardigrade adalah kelompok beragam invertebrata mikroskopis yang terkenal karena kemampuannya untuk bertahan hidup dalam kondisi ekstrem dan dianggap sebagai 'hewan abadi'.
Pengamatan pertama tardigrada pada abad ke-18 M itu, berpusat di sekitar gaya berjalan mereka yang khas. Mereka digambarkan, secara berurutan, sebagai 'beruang air' karena gaya berjalan mereka yang lambat dan lamban.
Makhluk ini dapat hidup hingga 60 tahun, dan tumbuh hingga ukuran maksimum 0,5 mm dan untuk melihatnya, harus di bawah mikroskop.
Tardigrade mampu bertahan hingga 30 tahun tanpa makanan atau air. Mereka juga bisa bertahan beberapa menit pada suhu serendah minus 272 derajat Celcius (minus 457 derajat Fahrenheit) atau setinggi 150 derajat Celcius (302 derajat Fahrenheit).
Tidak hanya itu, tardigrade juga dapat bertahan pada suhu minus 20 derajat(minus 4 derajat Fahrenheit) selama beberapa dekade. Dan tardigrade dapat kembali bangkit setelah beku pada suhu tersebut.
Tardigrade juga dapat menahan tekanan dari hampir 0 atm di ruang angkasa hingga 1.200 atm di dasar Palung Marianas. Tardigrade juga tahan terhadap tingkat radiasi hingga 5.000-6.200 Gy.
Cornechiniscus adalah genus tardigrade bertubuh besar (panjangnya lebih dari 0,3 mm) dengan pelengkap berbentuk tanduk yang aneh.
Anggota genus ini biasanya menghuni lumut dan lumut kerak dengan jumlah tanah berdebu yang tinggi. Wilayah tersebut sering mengalami kekeringan dalam jangka waktu lama dan lama.
Spesies ini dapat ditemukan di semua benua kecuali Australasia dan Antartika, dengan kemungkinan Asia Tengah sebagai yang utama tempat radiasi spesies.
Untuk spesies baru ini, diketahui bersifat dioecious. Spesies ini memerlukan modifikasi diagnosis genus untuk mengakomodasi perpanjangan cirri yang kontras dengan cirri peribukal bulat yang khas untuk Cornechiniscus.
Lebih jauh lagi, temuan ini memperkuat hipotesis tentang asal usul genus Asia Tengah. "Secara morfologi, C. mystacinus sp. nov. paling mirip dengan C. tibetanus dengan ukuran tubuhnya yang besar, cakar yang sangat heteronych (mirip cakar kumbang) dan halus," tulis peneliti.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Jagiellonian University,Zoologischer Anzeiger |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR