Nationalgeographic.co.id—Di usianya muda, Aleksander Agung memiliki ambisi untuk menaklukkan dunia. Ia memimpin kerajaan yang wilayahnya sekitar 4800 km. Membentang dari Yunani, Persia, Mesir, dan India. Apakah tentara yang tak terkalahkan menjadi kunci kekuatannya? Ini salah satunya, tapi bukankah kerajaan lain juga memiliki tentara? Mengapa mereka tidak berhasil seperti penakluk dunia dari Makedonia ini? Rupanya, agama jadi senjata rahasia Aleksander Agung dalam menaklukkan dunia.
Dalam serangan militernya, ia menyembah dan menghormati dewa-dewi lokal dari tempat yang ia taklukkan. Bukan cuma itu, sang penakluk itu pun tidak segan-segan menunjukkan rasa hormat tertinggi pada para imam. Ia mengikuti semua instruksi imam untuk menghormati dewa-dewi lokal.
Aleksander pun menciptakan pengikut, bak sekte, di sekelilingnya. Pada akhirnya, sekte itu mendewakan dirinya. Tradisi ini dimulai dari sang ayah, Filipus II dari Makedonia.
“Alexander selalu menghormati karakteristik aturan untuk tempat-tempat yang dia kunjungi. Ia turun dari kudanya dan pergi untuk menyambut Archpriest Yahudi. Jenderal Alexander Parmenion mengungkapkan bahwa para prajurit tidak senang karena dia menyapa seorang imam terlebih dahulu. Alexander menjawab bahwa dia tidak menyapa pendeta, tetapi Tuhan yang dia wakili,” ungkap Natalia Klimczak dilansir dari laman Ancient Pages
Agama atau iman ini terbukti menjadi senjata ampuh bagi raja muda itu. Ia menggunakan cara ini untuk waktu yang lama. Tetapi akhirnya pedang spiritualitas bagi pedang bermata dua yang juga menyebabkan pemberontakan.
Mengikuti jejak sang ayah
Raja Makedonia mengelilingi dirinya dengan kelompok yang disebut “Companions.” Mirip dengan kultus, setiap anggotanya akan berjuang untuk anggota lain sampai mati. Companions sering kali dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting.
Kultus ini menyatukan raja, perwira bangsawan, dan kelas bawah lewat pengabdian pada agama. Secara tidak langsung, kehadiran Companions juga memperkuat kerajaan.
Setelah pembunuhan raja Filip, Aleksander mendapatkan rasa hormat dari Companions melalui perang, penyembahan, dan pengorbanan. Setelah menggantikan takhta sang ayah, Aleksander merencanakan perang agama untuk mengambil alih takhta Persia, atas nama Zeus.
Aleksander Agung pun menyelubungi dirinya dengan pengabdian surga ini, bagaikan baju zirah yang dikenakan saat berperang. Pengabdian inilah yang menjelaskan senjata rahasianya dalam menaklukkan daerah jajahannya.
Jubah religius Aleksander Agung
“Aleksander melakukan banyak upacara keagamaan sebelum melakukan operasi militer apa pun,” ungkap Erik Brown di laman History of Yesterday.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR