Baca Juga: Iklim di Amerika Utara Dulu Sehangat Bali dan Bisa seperti Itu Lagi
Baca Juga: Perempuan Indonesia Mencapai Puncak Gunung Tertinggi Amerika Utara
Baca Juga: Fosil Kerang: 95 Juta Tahun Silam, Amerika Utara Sepanas Bali Kini
Baca Juga: Kisah Pembuatan Tiang Totem di Amerika Utara, Sempat Dianggap Berhala
Ia kemudian menganalisis isotop di tanah modern ini untuk menentukan perbedaan isotop antara lahan basah, lahan basah musiman, dan lingkungan padang rumput. Membandingkannya dengan isotop karbon dari tanah purba yang secara kronologis terkait dengan gundukan. Itu memberikan wawasan tentang jenis tanaman apa yang tumbuh di sana di masa lalu.
"Apa yang saya pelajari adalah bahwa daerah ini tetap basah sepanjang tahun," kata Rankin. "Mungkin ada beberapa kekeringan musiman, tetapi secara keseluruhan, itu adalah lahan basah."
Temuannya menantang gagasan sebelumnya tentang situs ini sebagai alun-alun, yang umumnya dianggap sebagai area terbuka yang kering di mana orang berjalan dan berkumpul. "Umumnya, tempat-tempat itu tidak berada di bawah air," kata Rankin.
Bagaimana alun-alun utara digunakan tetap menjadi misteri, katanya, tetapi penelitian tersebut menambah bukti bahwa air adalah elemen sentral kota.
"Air penting bagi masyarakat Cahokia karena beberapa alasan," katanya.
"Mereka memiliki seluruh rangkaian pertanian tanaman lahan basah yang mereka domestikasi dan andalkan sebagai makanan."
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Illinois News Bureau,World Archaeology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR