Nationalgeographic.co.id—Penggunaan zat adiktif bukanlah hal baru, ini sudah diterapkan bahkan sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Mereka menggunakan opium, ganja, dan narkotika lainnya untuk menghilangkan rasa sakit dan tidur lebih nyenyak. Halusinogen juga umum digunakan untuk ritual dan perjamuan tertentu. Mulai dari opium hingga ikan tertentu, zat adiktif digunakan untuk bersenang-senang di zaman Romawi kuno.
Makan ikan agar mabuk di pesta orang Romawi
Orang Romawi biasa mengonsumsi ikan tertentu di pesta untuk menyebabkan mabuk. Ikan itu disebut salema porgy atau dreamfish (Sarpa salpa), biasa ditemukan di Mediterania.
Orang Romawi hidup selaras dengan alam di sekitarnya. Mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang tumbuhan dan hewan. Ini memungkinkan mereka untuk mengenali manfaat tak terduga dari dreamfish.
Ketika dimakan, dreamfish akan menimbulkan efek halusinogen, termasuk halusinasi pendengaran dan visual. Efeknya bahkan bisa berlangsung selama beberapa hari, seseorang mengalami mimpi buruk yang jelas setelah mengonsumsinya. “Halusinasi dimulai dua jam setelah konsumsi dan berlangsung hingga tiga hari,” ungkap Peter Preskar di laman History of Yesterday.
Dreamfish disebut "ikan yang membuat mimpi" dalam bahasa Arab. Namun mengapa ikan ini bisa menyebabkan halusinasi? Dreamfish memakan jenis alga atau fitoplankton tertentu yang membuat daging ikan menjadi halusinogen. Namun jangan khawatir jika Anda tiba-tiba disajikan ikan ini ketika bepergian ke Mediterania. Pasalnya, dibutuhkan sejumlah besar ganggang agar ikan tersebut menjadi halusinogen.
Anggur sangat populer di berbagai kalangan masyarakat Romawi. Pada pertemuan formal, anggur disajikan sesuai dengan status tamu. Anggur berkualitas untuk tuan rumah dan teman-temannya. Sedangkan anggur kelas dua untuk tamu lain dan anggur kelas tiga untuk mantan budak.
Orang Romawi percaya bahwa anggur adalah kebutuhan sehari-hari dan setiap orang harus meminumnya. Maka kebiasaan ini bisa ditemukan di mana saja. Setiap orang menikmati anggur. Mulai dari bangsawan hingga budak, pria dan wanita, tua dan muda.
Pada puncaknya, orang Romawi mengonsumsi 180 juta liter anggur setiap tahun. Ini berarti setiap orang Romawi menghabiskan sebotol anggur per hari.
Pompeii adalah pusat anggur kekaisaran Romawi. Warganya sendiri terkenal akan kemampuan menikmati anggur. Letusan Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi yang menghancurkan Pompeii menyebabkan harga anggur meroket.
Untuk mengatasinya, orang Romawi mulai menanam kebun anggur di dekat kota Roma. Mereka bahkan mengganti ladang gandum dengan kebun anggur. Pada akhirnya ini menyebabkan masalah lain yaitu kekurangan makanan.
Untuk mengatasinya, kaisar Domitianus memutuskan pada tahun 92 Masehi bahwa tidak ada tanaman merambat baru yang akan ditanam. Namun perintahnya diabaikan.
Opium
Marcus Aurelius, seorang filsuf terkenal dan kaisar Romawi, dikenal sebagai pecandu opium. Namun alih-alih untuk mendapatkan efek halusinasi, opium digunakan untuk membantunya tidur.
Opium di zaman Romawi disajikan dalam bentuk teh dan sangat pahit ketika diminum. Di masa itu, teh opium disebut sebagai ‘anggur kretik’. Versi lain, yang disebut 'mekonion' dibuat dari daun poppy dan jauh lebih kuat.
Opium dapat dibeli dalam bentuk tablet kecil di kios-kios khusus di sebagian besar pasar Romawi.
Silphium
Silphium digunakan sebagai kontrasepsi yang kuat. Buku-buku kedokteran pada masa itu menjelaskan cara membuat obat pencegah kehamilan yang dapat menyebabkan haid.
Meski tidak memabukkan, silphium digunakan agar orang dapat bersenang-senang di luar nikah tanpa konsekuensi hamil.
Baca Juga: Bak Hercules, Apakah Kaisar Romawi Commodus adalah Gladiator Tangguh?
Baca Juga: Tidak Higienis, Orang-orang Romawi Memutihkan Giginya dengan Urin
Baca Juga: Kekaisaran Romawi Dilelang, Siapa Orang 'Beruntung' yang Membelinya?
Baca Juga: Jadi Orang Paling Berkuasa, Bagaimana Kaisar Romawi Bersenang-senang?
Silphium hanya dapat ditemukan di daerah pantai yang sempit, sekitar 201 kali 56 km, di Kirenaika (Libya modern). Meskipun banyak usaha untuk membudidayakan tanaman di tempat lain, tidak ada yang berhasil menanam silphium di lokasi lain. Benih dari tanaman silphium gagal tumbuh, tidak peduli bagaimana tanaman ini dirawat.
Silphium adalah ekspor utama Kirenaika. Tanaman ini sangat penting bagi perekonomiannya. Orang-orang Kirenaika membangun tembok di sekitar ladang untuk melindungi silphium dari pencuri.
Begitu berharganya sehingga orang Romawi bersedia membayar silphium yang setara dengan beratnya dalam perak.
Pada abad pertama Masehi, silphium punah. Sejarawan berspekulasi tentang berbagai alasan. “Pemanenan dan penggembalaan yang berlebihan hingga perubahan iklim dipercaya sebagai penyebabnya,” tambah Preskar.
Penggunaan zat adiktif biasanya terbatas pada kelompok sosial tertentu dan tidak pernah menjadi masalah besar. Bahkan ketika kaisar Marcus Aurelius membutuhkan opium setiap hari, fakta ini dipermasalahkan oleh orang Romawi.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR