Sedangkan ketika seseorang menjadi dewasa dan menua, lanjutnya, jaringan saraf dan neuron menjadi lebih kompleks dan proses pengaturan informasi yang masuk ke otak menjadi lebih panjang dibandingkan saat masih anak-anak atau remaja.
Bejan mengaitkan fenomena ini dengan perubahan fisik pada tubuh manusia yang menua. Saat jaringan saraf dan neuron yang kusut menjadi matang, mereka tumbuh dalam ukuran dan kompleksitas, yang mengarah ke jalur yang lebih panjang untuk dilalui sinyal.
Saat jalur tersebut kemudian mulai menua, jalur tersebut juga menurun, memberikan lebih banyak hambatan terhadap aliran sinyal listrik.
Fenomena ini menyebabkan tingkat di mana gambaran mental baru diperoleh dan diproses menurun seiring bertambahnya usia.
Fenomena itu pula yang menurutnya dapat menjelaskan mengapa anak bayi berkedip lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Otak yang lebih muda memproses lebih banyak. Mata bayi lebih sering bergerak, memperoleh dan mengintegrasikan lebih banyak informasi dibandingkan orang dewasa.
Pada akhirnya adalah, karena orang yang lebih tua melihat lebih sedikit gambar baru. Jadi meski itu dalam jumlah waktu yang sebenarnya sama, tapi semuanya terasa berlalu lebih cepat bagi orang dewasa.
Hari-hari bagi orang dewasa terasa berlalu lebih cepat, merasa tidak pernah cukup waktu dibandingkan saat masih anak-anak atau ketika remaja.
"Pikiran manusia merasakan perubahan waktu ketika gambar yang dirasakan berubah," kata Bejan.
"Saat ini berbeda dari masa lalu karena pandangan mental telah berubah, bukan karena jam seseorang berdering."
Hari-hari, lanjutnya, tampak lebih lama di masa muda Anda. "Karena pikiran muda menerima lebih banyak gambar selama satu hari daripada pikiran yang sama di usia tua," kata Bejan.
Source | : | European Review,Duke University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR