PET yang digunakan dalam botol minuman memiliki struktur semi-kristal, yang berarti molekul-molekul plastik sangat padat dan sulit bagi enzim untuk mencapainya. Studi terbaru menunjukkan bahwa enzim yang dimodifikasi mungkin bekerja dengan baik karena bagian dari molekul yang terlibat dalam reaksi sangat dapat diakses, sehingga mudah bagi enzim untuk menyerang molekul PET bahkan yang paling dalam.
Perbaikan pada aktivitas PETase tidak dramatis, dan kita belum pada tahap menemukan solusi untuk krisis plastik kita. Tapi penelitian ini membantu kita memahami bagaimana enzim yang menjanjikan ini memecah PET. Penelitian ini juga memberi petunjuk bagaimana kita bisa membuatnya bekerja lebih cepat dengan memanipulasi bagian aktifnya.
Merekayasa enzim agar bekerja lebih baik daripada yang telah berevolusi secara alami bukan hal yang wajar. Mungkin pencapaian ini mencerminkan fakta bahwa bakteri yang menggunakan PETase baru saja berevolusi untuk bertahan hidup pada plastik buatan manusia ini. Ini menciptakan peluang bagi para ilmuwan peluang untuk menyalip evolusi dengan merekayasa bentuk-bentuk PETase yang dioptimalkan.
Baca juga: Inilah Kota dengan Tingkat Pencemaran Udara Terburuk Menurut WHO
Namun ada satu kekhawatiran. Sementara bakteri yang dimodifikasi yang digunakan dalam bioreaktor cenderung sangat terkontrol, fakta bahwa ia telah berevolusi untuk mengurai dan mengkonsumsi plastik menunjukkan bahwa bahan yang sangat kita andalkan mungkin tidak betul-betul tahan lama seperti yang kita duga.
Jika lebih banyak bakteri mulai makan plastik di alam liar, maka produk dan struktur yang dirancang untuk bertahan bertahun-tahun bisa terancam. Industri plastik akan menghadapi tantangan serius untuk mencegah produknya menjadi terkontaminasi dengan mikro-organisme yang lapar.
Pelajaran dari antibiotik mengajarkan kepada kita bahwa kita lambat dalam mengejar mutasi bakteri. Tapi mungkin penelitian seperti ini bisa membuat ilmuwan mencuri start.
Emily Flashman, Research Fellow in Enzymology, University of Oxford
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | Lutfi Fauziah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR