Nationalgeographic.co.id—Bagi orang modern, orang Romawi kuno tampak sangat percaya takhayul. Banyak cerita tentang kepercayaan khas mereka. Salah satu kisah takhayul yang terkenal berkaitan dengan pembunuhan Julius Caesar. Sebelum kematiannya, peramal, keluarga, dan teman dekatnya sudah memberikan peringatan. Tanggal kematiannya pun dianggap sebagai tanggal sial yang harus dihindari. Jika takhayul tidak ditaati, dipercaya akan membawa nasib buruk. Ini termasuk sisi kiri yang jahat dan aneka takhayul lain yang dipercaya bangsa Romawi.
Menggendong pengantin wanita melewati ambang pintu
Banyak orang Romawi menganggapnya sebagai nasib buruk untuk tidak mengikuti tradisi. Salah satunya adalah pengantin pria yang membawa pengantin barunya melewati ambang pintu rumah barunya. Tradisi ini masih dipraktikkan hingga kini oleh sebagian budaya.
Idenya adalah untuk mencegah pengantin wanita tersandung pada saat masuk ke rumah baru untuk pertama kalinya. “Jika itu terjadi, konon akan membuat marah roh-roh yang melindungi rumah,” tutur Tom Meltcafe di laman Livescience.
Tradisi Romawi mengaitkan praktik tersebut dengan mitos pendiri kota yang sering disebut "Pemerkosaan Wanita Sabine". Kata "rape" atau perkosa berasal dari kata Latin "raptio," yang berarti "penculikan."
Sejarawan Romawi Livy mengisahkan bahwa Romawi didirikan oleh sebagian besar bandit laki-laki. Para bandit itu kemudian menyerbu desa-desa tetangga mereka, Sabine, menculik perempuan untuk menjadi istri.
Tradisi menggendong pengantin wanita ini dikatakan mewakili keengganan para wanita Sabine untuk menjadi istri orang Romawi. Juga keengganan untuk meninggalkan keluarganya.
Ken Dark, profesor di Reading University, mengungkapkan bahwa tidak semua orang Romawi percaya pada dewa. Tetapi mereka tetap mempraktikkan tradisi semacam itu karena rasa kepatutan.
“Bagi orang Romawi, ini lebih bersifat ritual, melakukan hal yang benar, di waktu yang tepat dengan cara yang benar. Soal percaya atau tidak, itu bukan masalah besar,” tambah Dark
Augury, ramalan berdasarkan perilaku burung
Augury adalah praktik meramal masa depan dengan mempelajari perilaku burung, seperti arah terbangnya atau berapa jumlahnya. Banyak orang Romawi menganggap ramalan dengan sangat serius. Ramalan ini pun digunakan dalam politik dan pemerintahan.
Plinius yang Tua menghubungkan penemuan augury dengan raja Yunani mitologis. Namun sejarawan mencatat bahwa orang Mesir kuno juga memiliki praktik serupa.
Augury dilakukan oleh pendeta spesialis yang disebut "augurs." Perilaku burung mencerminkan kehendak para dewa yang dimanifestasikan di alam. Sehingga kehendak para dewa dapat ditentukan dengan hati-hati mengamati perilaku burung, menurut Plinius.
Menurut sejarawan Romawi Plutarch, Romulus - pendiri legendaris Roma - dan Remus menentukan lokasi kota Roma dengan mengamati penerbangan burung. Remus melihat enam burung nasar, tetapi Romulus melihat 12. Jadi kota itu dibangun di tempat yang diinginkan Romulus, di sekitar Bukit Palatine.
Augury diintegrasikan ke dalam agama resmi Romawi pagan. Saat terjadi krisis dan perang nasional, para imam pun mencari jawaban lewat burung-burung itu.
Para pendeta Romawi memelihara sekawanan ayam suci. Waktu pemberian makannya konon menjadi petunjuk atas keinginan dewa. Jika ayam suci memakannya sungguh-sungguh sambil menghentakkan kaki, maka ramalan itu menguntungkan. Tapi jika mereka menolak untuk memakannya, pertanda buruk. Sejarah mencatat bahwa jika ramalan positif dicari, ayam suci mungkin tidak diberi makan untuk sementara waktu.
Ramalan juga dilakukan dengan cara lain, seperti haruspicy. Ini adalah ramalah dengan memeriksa isi perut binatang. “Cara ini dipercaya lebih akurat,” imbuh Meltcafe.
Orang Romawi kuno menghubungkan haruspicy dengan orang Etruria, yang tinggal di barat laut Italia selama berabad-abad. Namun sejarawan mencatat bahwa orang Babilonia kuno dan lainnya juga memiliki praktik serupa.
Organ internal hewan yang dikurbankan untuk para dewa bisa menjadi media untuk pesan mereka. Hati hewan kurban adalah organ yang paling penting karena dianggap sebagai tempat jiwa.
Setiap organ dinilai untuk kondisi umumnya, seperti "mengilap dan penuh" atau "kasar dan menyusut". Jika hati memiliki benjolan, maka ramalannya menguntungkan.
Larangan melanggar batas kota formal “pomerium”
Romawi kuno memiliki batas kota formal, dibatasi oleh sebidang tanah yang disebut "pomerium". Tidak ada yang diizinkan membangun di area ini, yang ditandai dengan batu suci yang disebut "cippi”. Seiring dengan perkembangan kota, pomerium pun bertambah besar dan cippi baru pun ditambahkan.
Melanggar pomerium dianggap sebagai pelanggaran serius bagi para dewa. Tidak ada senjata yang diizinkan di sana.
Melanggar pomerium dipercaya bisa membawa nasib sial. Contohnya ketika Konsul Tiberius Gracchus melintasi pomerium dua kali. Ia lupa mengambil alih kota. Kegagalannya itu menyebabkan kematian mendadak seorang pejabat yang mengumpulkan suara.
Sisi kiri yang jahat
Salah satu takhayul Romawi yang aneh adalah kepercayaan bahwa sisi kiri adalah jahat, sedangkan sisi kanan mewakili kebaikan. Kata bahasa Inggris modern "sinister" berarti sesuatu yang memberi kesan jahat. Ini berasal dari kata Latin "sinister" yang berarti "di sisi kiri".
Takhayul ini mungkin berasal dari orang Indo-Eropa sekitar 9.000 tahun yang lalu. Menurut penulis Anatoly Liberman, orang Indo-Eropa percaya bahwa doa harus ditujukan kepada matahari saat terbit di timur. Itu akan menempatkan tangan kiri di utara saat berdoa. Arah utara mewakili kejahatan karena dianggap sebagai lokasi dunia bawah Indo-Eropa atau "kerajaan orang mati".
Seiring waktu, sisi kiri terlihat jahat, bukan arah utara. Bangsa Romawi berbagi ketidakpercayaan takhayul mereka dari sisi kiri dengan keturunan lain dari Indo-Eropa. Ini termasuk Yunani kuno, Jerman dan Celtic.
Dari mana takhayul itu berasal, yang pasti, ini menjadi bagian dari kepercayaan Romawi kuno. Kata Latin "sinister" digunakan dalam ramalan Romawi. Bangsa Yunani kuno menganggap kiri sebagai sial menghasilkan pertanda buruk jika burung terbang ke kiri.
Urusan sisi kiri pun memengaruhi mereka yang kidal. Orang kidal dianggap tidak dapat dipercaya dan jahat. Bisa jadi kepercayaan soal sisi kiri juga jadi asal mula gagasan "bangun di sisi tempat tidur yang salah" (sisi kiri). Saat pelayan memasuki rumah, mereka harus menggunakan kaki kanan mereka alih-alih kaki kiri.
Mantra, penyihir, kutukan, dan keajaiban
Seperti bangsa lain di peradaban kuno lainnya, banyak orang Romawi kuno percaya pada sihir. Tulisan-tulisan kuno menunjukkan bahwa penyihir profesional bekerja di Romawi. Penulis abad Apuleius menulis deskripsi rinci tentang seseorang yang mengucapkan mantra jahat.
Dark mencatat bahwa bahkan di akhir era Republik, kota Roma dipenuhi dengan orang-orang dari tempat lain yang membawa berbagai bentuk sihir lokal. "Ada keragaman keyakinan yang sangat besar," katanya.
Selain itu, salah satu spesialisasi Romawi adalah "lempeng kutukan". Kutukan ditorehkan pada lembaran timah tipis dan kemudian dikubur, dilemparkan ke dalam sumur atau kolam, ditempatkan di celah batu atau dipaku ke dinding kuil.
Baca Juga: Darah dan Pengkhianatan Mengubah Romawi dari Republik Jadi Kekaisaran
Baca Juga: Sadisnya Venatio, Pertarungan Brutal Melawan Hewan Buas di Masa Romawi
Baca Juga: Lika-liku Perdagangan Lada dari Romawi hingga Era Nabi Muhammad
Lempeng kutukan ini biasanya ditujukan kepada dewa-dewa neraka - seperti Pluto, Charon atau Hecate. “Isinya menyerukan hukuman ilahi yang kejam sebagai tanggapan atas penghinaan sepele,” kata Dark.
Lebih dari seratus tablet kutukan telah ditemukan di penggalian arkeologi di kota Bath, Inggris. Di zaman Romawi, ini merupakan pemandian umum yang terkenal dengan kekuatan penyembuhan mata air panasnya.
Satu tablet, menampilkan kutukan untuk pakaian renang yang dicuri, ditujukan kepada dewi kuil di sana. "Saya memberikan kepada keilahian dan keagungan Anda jubah mandi dan jubah. Jangan biarkan tidur atau kesehatan kepada dia yang telah melakukan kesalahan kepada saya. Baik laki-laki atau perempuan atau budak atau orang merdeka. Kecuali jika dia menampakkan diri dan membawa barang-barang itu ke kuilmu.”
Nah, jika Anda berkunjung ke pemandian Romawi, jangan pernah mengambil sesuatu dari sana. Bisa-bisa seseorang melemparkan lempengan kutukan yang akan menyusahkan hidup Anda nanti.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | livescience |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR