Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan mempelajari tikus dari Pegunungan Andes di Patagonia. Mereka memperhatikan sesuatu yang tidak dapat mereka jelaskan di dunia hewan: tikus dari sisi barat pegunungan lebih besar daripada tikus dari timur. Namun DNA mengatakan bahwa mereka semua berasal dari spesies yang sama.
Para peneliti memeriksa tengkorak 450 tikus dari ujung selatan Amerika Selatan, dan menemukan bahwa hukum biologis yang ada tidak menjelaskan perbedaan ukuran. Sebaliknya, dalam sebuah makalah baru di Journal of Biogeography yang terbit 31 Agustus, para ilmuwan mengajukan hipotesis baru: tikus di lereng barat lebih besar karena sisi pegunungan itu mendapat lebih banyak hujan, yang berarti ada lebih banyak makanan untuk dimakan tikus. Hasil studi mereka diberi judul "Andean rain shadow effect drives phenotypic variation in a widely distributed Austral rodent."
"Ada banyak aturan ekogeografis yang digunakan para ilmuwan untuk menjelaskan tren yang kita lihat berulang kali di alam," kata Noé de la Sancha, rekan peneliti di Museum Lapangan Chicago, asisten profesor Ilmu dan Studi Lingkungan di Universitas DePaul, dan penulis korespondensi makalah. "Dengan makalah ini, saya pikir kita mungkin telah menemukan yang baru: efek bayangan hujan dapat menyebabkan perubahan ukuran dan bentuk pada mamalia."
Tikus yang diperiksa de la Sancha dan rekan-rekannya dalam penelitian ini adalah tikus berbulu halus, Abrothrix hirta. "Mereka pengacau kecil yang sangat lucu, mereka memiliki perut putih lembut," ujar de la Sancha. "Mereka tinggal di pegunungan, yang membuat mereka unik, tetapi mereka juga ditemukan di ketinggian yang lebih rendah. Secara keseluruhan, mereka tidak dipelajari dengan baik."
Rekan De la Sancha, Pablo Teta dari Museo Argentino de Ciencias Naturales "Bernardino Rivadavia" di Buenos Aires, Argentina, mulai mempelajari tikus berbulu lembut sebagai bagian dari tesis doktoralnya. "Dia melihat bahwa beberapa individu dari spesies sangat besar, dan beberapa sangat kecil. Dia mengira mereka adalah spesies yang berbeda. Tetapi DNA mitokondria mereka menunjukkan bahwa mereka adalah satu spesies, meskipun mereka sangat berbeda," kenang de la Sancha. "Kami ingin menyelidiki mengapa demikian, untuk melihat apakah mereka mengikuti semacam aturan."
Ada banyak "aturan" alam yang menjelaskan pola-pola yang kita lihat dalam kehidupan. Misalnya, aturan Bergmann menjelaskan mengapa hewan dari spesies yang sama lebih besar di garis lintang yang lebih tinggi. Rusa berekor putih di Kanada lebih besar daripada sepupu mereka yang kurus di Florida. Aturan Bergmann menjelaskan bahwa ini karena memiliki tubuh yang lebih tebal dalam kaitannya dengan luas permukaan membantu Anda mempertahankan panas lebih baik, dengan cara yang sama bahwa potongan besar makanan membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi dingin daripada gigitan kecil.
Untuk mencoba menemukan pola agar dapat menjelaskan perbedaan ukuran, para peneliti menggunakan analisis statistik membandingkan ukuran 450 tengkorak tikus. Mereka kemudian mencoba memetakan temuan mereka ke aturan biologis yang berbeda untuk melihat apakah ada yang cocok.
Aturan Bergmann tidak berhasil; tidak ada korelasi kuat antara ukuran tikus dan seberapa jauh ke utara atau selatan spesimen itu hidup. Aturan lain menekankan peran suhu atau curah hujan, dengan hasil yang beragam untuk kelompok dan situasi yang berbeda. Tim ini tidak menemukan bahwa garis lintang, atau salah satu dari 19 variabel bioklimatik, suhu, atau curah hujan lainnya, paling baik menggambarkan berbagai bentuk dan ukuran tikus. Namun, tampaknya ada pola dengan garis bujur—seberapa jauh tikus itu tinggal di timur atau barat.
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Senang Bermain dengan Mangsanya?
Baca Juga: Hasil Studi DNA Ungkap Cara Penyebaran Tikus Hitam di Benua Eropa
Baca Juga: Penemuan Fosil Tanaman Ini Menautkan Patagonia dengan Papua dan Maluku
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR