Alasan kedua untuk kemerahan Mars adalah atmosfernya. Atmosfer Mars telah dianalisis secara langsung oleh penjelajah Curiosity NASA yang mendarat di Planet Merah pada tahun 2012. Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Mars di permukaan terdiri dari 95 persen karbon dioksida, 2,6 persen nitrogen, 1,9 persen argon, 0,16 persen oksigen, dan 0,06 persen karbon monoksida.
Atmosfer Mars tampak merah karena begitu banyak debu oksida besi di planet ini yang tertiup angin badai debu besar. Badai debu ini terjadi hampir setiap tahun, dan beberapa di antaranya sangat besar sehingga menutupi area seukuran benua serta dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Beberapa, yang lebih jarang, mengelilingi seluruh planet dan menyebabkan robot penjelajah NASA berhenti bekerja.
Alasan lain atmosfer Mars terlihat merah lebih rumit, dan melibatkan cara sinar matahari memantul dari planet ini.
Atmosfer Mars lebih tipis dari Bumi, yang merupakan salah satu alasan mengapa manusia tidak dapat bertahan hidup di sana tanpa pakaian antariksa. Karena atmosfer tipis ini, sinar matahari yang dipantulkan menjauh dari Mars tampak merah karena fenomena yang dikenal sebagai hamburan Rayleigh, atau kekurangannya.
Baca Juga: Pengamatan Pertama Aurora Proton yang Tidak Merata di Planet Mars
Baca Juga: Persiapan Koloni Planet Mars: Ilmuwan Temukan MOXIE Penghasil Oksigen
Baca Juga: Sampel Batu Planet Mars akan Dibawa ke Bumi pada 2033, Apa Pentingnya?
Hamburan Rayleigh terjadi ketika cahaya mengenai partikel yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tersebut, seperti partikel gas di atmosfer bumi. Proses ini cenderung menyebarkan cahaya biru dan merupakan alasan yang sama mengapa langit bumi terlihat biru di siang hari.
Di Mars ada lebih sedikit gas untuk berinteraksi dengan sinar matahari, sehingga hamburan Rayleigh tidak terjadi sebanyak itu. Sebaliknya, di Mars ada proses yang disebut hamburan Mie, di mana sinar matahari mengenai partikel yang kira-kira berukuran sama dengan panjang gelombang cahaya itu, seperti partikel oksida besi.
Proses ini cenderung membelokkan cahaya biru lebih sedikit daripada cahaya merah, menurut penjelasan yang diposting ke StackExchange dan dikutip Eriita Jones dari University of South Australia.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR