Sebagai bagian dari proses, laser bertenaga tinggi memanaskan bahan hingga lebih dari 2.000 derajat Celcius. Kemudian, campuran lelehan material regolith-keramik dan logam Mars mengalir ke platform bergerak yang memungkinkan para peneliti untuk membuat benda berbagai ukuran dan bentuk. Setelah bahan mendingin, para peneliti menguji kekuatan dan daya tahannya.
Bahan keramik yang terbuat dari 100% debu batu Mars retak saat didinginkan. Akan tetapi seperti yang ditunjukkan Bandyopadhyay, itu masih bisa menjadi pelapis yang bagus untuk perisai radiasi karena retakan tidak masalah dalam konteks itu. Sedangkan untuk sedikit debu Mars, campuran dengan 5% regolit, tidak hanya tidak retak atau menggelembung, tetapi juga menunjukkan sifat yang lebih baik daripada paduan titanium saja. Ini berarti bahan ini dapat digunakan untuk membuat potongan yang lebih ringan yang masih dapat menahan beban berat.
"Ini memberi Anda bahan yang lebih baik, kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi, sehingga dapat tampil jauh lebih baik dalam beberapa aplikasi," katanya.
Studi ini hanyalah permulaan, kata Bandyopadhyay, dan penelitian di masa depan dapat menghasilkan komposit yang lebih baik menggunakan logam yang berbeda atau teknik pencetakan 3D.
"Ini membuktikan bahwa itu adalah mungkin. Dan mungkin kita harus berpikir ke arah ini karena tidak hanya membuat bagian plastik yang lemah tetapi bagian komposit logam-keramik yang kuat dan dapat digunakan untuk semua jenis bagian struktural," pungkasnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR