Akan tetapi untuk alasan yang masih belum sepenuhnya dipahami, rhynchocephalians menghilang ketika kadal dan ular tumbuh menjadi reptil yang lebih umum dan lebih beragam di seluruh dunia.
Jurang evolusi antara kadal dan rhynchocephalians ini membantu menjelaskan fitur aneh tuatara seperti gigi yang menyatu dengan tulang rahang, gerakan mengunyah unik yang menggeser rahang bawah maju mundur seperti mata gergaji, umur 100 tahun lebih dan toleransi untuk iklim yang lebih dingin.
Baca Juga: Taytalura alcoberi, Reptil Purba Mirip Kadal dari 231 Juta Tahun Silam
Baca Juga: Penelitian Ungkap Bahwa Fosil Evolusi Ular Purba Ini Lebih Mirip Kadal
Baca Juga: Thanatosdrakon amaru, Reptil Terbang yang Dijuluki Naga Kematian
Mengikuti deskripsi formal O. gregori, Carrano mengatakan fosil itu telah ditambahkan ke koleksi museum di mana ia akan tetap tersedia untuk studi di masa depan.
Suatu hari nanti, mungkin membantu para peneliti mencari tahu mengapa hanya tuatara yang tersisa dari rhynchocephalians, sementara kadal sekarang ditemukan di seluruh dunia.
"Hewan-hewan ini mungkin telah menghilang sebagian karena persaingan dari kadal, tetapi mungkin juga karena perubahan iklim global dan perubahan habitat," kata Carrano.
"Sangat menarik ketika Anda memiliki dominasi satu kelompok yang memberi jalan kepada kelompok lain selama waktu evolusi, dan kami masih membutuhkan lebih banyak bukti untuk menjelaskan dengan tepat apa yang terjadi."
Para peneliti menamai spesies baru ini mengambil nama dari sukarelawan museum Joseph Gregor. Ia menghabiskan ratusan jam dengan cermat menggores dan memahat tulang-tulang dari balok batu yang kemudian menarik perhatian pembuat fosil museum Pete Kroehler pada tahun 2010.
"Pete adalah salah satu dari orang-orang yang memiliki semacam penglihatan sinar-X untuk hal semacam ini," kata Carrano.
"Dia melihat dua bintik kecil tulang di sisi balok ini dan menandainya untuk dibawa kembali tanpa tahu apa isinya. Ternyata, dia mendapatkan jackpot."
Fosilnya hampir seluruhnya lengkap, kecuali ekor dan bagian kaki belakangnya. Carrano mengatakan bahwa kerangka lengkap seperti itu langka untuk makhluk prasejarah kecil seperti ini.
Itu karena tulang mereka yang rapuh sering hancur sebelum menjadi fosil atau ketika mereka muncul dari formasi batuan yang terkikis di masa sekarang. Akibatnya, rhynchocephalians sebagian besar diketahui ahli paleontologi dari fragmen kecil rahang dan gigi mereka.
Source | : | Smithsonian,Journal of Systematic Palaeontology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR