Nationalgeographic.co.id - Tidak selamanya aplikasi navigasi digital seperti Google Maps dan Waze dapat diandalkan. Terkadang ada beberapa jalan di suatu kota yang belum terdaftar, dan menyesatkan, atau bahkan tidak berfungsi ketika kita berada di alam bebas. Sehingga, kita harus menentukan navigasi sendiri agar tidak tersesat.
Agar andal dalam navigasi di darat, khususnya di alam bebas, ada banyak mata pelajaran geografi atau ilmu pengetahuan sosial yang sebenarnya sudah diajarkan di sekolah. Di Indonesia, kita memahami ada iklim, cuaca, dan arah terbit-tenggelamnya matahari yang bisa membantu kita bernavigasi di darat.
"Navigasi itu adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas, baik di peta maupun medan sebenarnya," terang Arinta Eka Desti Mustika.
"Karena navigasi kita tahu, nih, posisi kita di mana, medan kita seperti apa, dan yang akan kita hadapi itu seperti apa."
Arinta adalah petualang dan pegiat aktivitas luar ruangan. Dia menjelaskan beberapa pengetahuan dasar tentang navitgasi di darat dalam BW in Training: Pelatihan dasar navigasi untuk menjelajah alam liar 'anti tersasar' yang diadakan Biodiversity Warriors, Jumat 23 September 2022.
Dalam bernavigasi, kunci menguasainya adalah punya imajinasi yang tinggi dalam membuat peta dua dimensi menjadi tiga dimensi di kepala. Kemudian, menguasai beberapa alat-alat navigasi darat seperti kompas dan peta. Lalu, punya banyak pengalaman ke medan yang beragam. Terakhir, punya kemampuan merekam dan membaca gambar permukaan bumi.
Baca Juga: Penyu Sisik Mengambil Rute Berkelok-kelok saat Migrasi, Apa Alasannya?
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Tentang Gajah Laut dan Kemampuan Navigasinya
Baca Juga: Gerak Medan Magnet Bumi Kian Cepat, Bagaimana Burung Migrasi Pulang?
Baca Juga: Pelajaran Perjalanan: Perpaduan Alam dan Insan di T.N. Baluran
Sebagai bagian dasar dalam navigasi, kita perlu memahami arah mata angin untuk membaca kompas. Lewat kompas, kita bisa paham arah mana kita sedang menghadap. Walau arah mata angin, bisa dijelaskan lewat arah terbit dan tenggelam matahari, di alam bebas sulit mengetahuinya.
Jika arah mata angin bisa membantu kita memahami letak geografis di sekitar, terdapat cara lain untuk koordinat posisi dengan letak astronomis. Di pelajaran sekolah, Anda diajarkan bahwa Indonesia berada di enam derajat LU (Lintang Utara) sampai 11 derajat Lintang Selatan (LS), dan 95 derajat BT (Bujur Timur) sampai 141 derajat BT.
Karena Indonesia berada di khatulistiwa, maka garis lintang kita terbagi antara utara dan selatan. Garis khatulistiwa, berada persis di nol derajat garis lintang. Sedangkan garis bujur (dari utara ke selatan bumi), membantu untuk pembedaan zona waktu yang titik nol derajatnya ada di Greenwich, Inggris, dan penuhnya ada di Samudra Pasifik.
Arinta menjelaskan, agar mengetahui lokasi koordinat dan geografis di lapangan, ada beberapa alat yang dapat membantu kita, seperti roamer, protaktor, dan kompas bidik.
"Roamer adalah alat untuk mengukur titik koordinat di dalam satuan garis antara lintang dan bujur di peta," jelasnya. Alat ini ada 10 digit. Roamer dapat membantu lebih rinci di mana titik koordinasi berdasarkan garis lintang dan bujur, dengan menyertakan detik (satuan yang lebih kecil lagi) untuk lokasi Anda.
Protaktor dapat Anda gunakan untuk menentukan sudut koordinat dari lanskap tertentu dari sudut pandang Anda. Lalu dibantu dengan peta untuk mengetahui arah mata angin untuk menjelaskan posisi Anda dan medan (seperti punggungan, jurang, tebing). Dari sana, Anda dapat mengukur kira-kira seberapa jauh Anda dengan medan.
Peralatan yang tentu akan sangat membantu adalah peta. Anda bisa membaca skala antara jarak pada suatu titik ke titik lainnya dari peta dan jarak sebenarnya. Agar lebih sesuai dengan medan apa yang Anda lihat, gunakan peta topografi yang menggambarkan pola tinggi-rendahnya medan.
Berbeda dari peta lainnya, peta topografi menjelaskan kontur medan dalam satuan meter di atas permukaan laut (mdpl) dan cakupan luasnya. Jika ketinggian medan cakupan luasnya semakin sempit, artinya medan semakin terjal.
Hal ini dapat membantu Anda berada di lokasi mana Anda sekarang, terutama jika medan punya karakteristiknya. Karakter yang sangat menonjol adalah lembah dan punggungan. Lembah di lereng gunung akan terlihat lebih rendah dari daratan sekitarnya, biasanya menjadi jalan untuk mata air menuju sungai di dataran rendah, terang Arinta.
Terkesan rumit karena akan melibatkan matematika, seperti perhitungan jarak dan sudut. Akan tetapi, akan menjadi lebih mudah jika Anda terbiasa ke lapangan untuk mempelajari navigasi sederhana ini.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR