"Jika seekor betina perawan memasuki ruangan saat pasangan itu sudah kawin, dia tidak akan menyerang," kata Gaspar.
Seperti yang diduga oleh para peneliti, status kawin betina juga merupakan komponen penting. Betina yang sudah atau baru saja kawin tidak akan menjadi agresif bahkan jika si pejantan awalnya sempat merayunya.
"Perkawinan memicu serangkaian perubahan fisiologis pada wanita, yang diketahui memiliki efek dramatis pada perilaku mereka juga," jelas Gaspar. "Dan memang, kami menemukan bahwa sementara perawan dengan cepat menjadi agresif, betina yang telah kawin acuh tak acuh terhadap pasangan yang sedang bersanggama."
Tim juga menemukan bahwa bau merupakan faktor penentu: Agresi hanya terjadi jika ada bau makanan. "Ini sangat menarik," kata Vasconcelos.
"Kita tahu bahwa betina yang kawin menjadi agresif terhadap satu sama lain di hadapan makanan. Mungkin karena mereka membutuhkan makanan untuk mendukung kehamilan. Namun, di sini betina masih perawan. Penjelasan yang mungkin adalah bahwa kawin di lingkungan dengan makanan dianggap sebagai kondusif untuk kehamilan yang sukses."
Selain itu, tim juga menemukan bahwa jenis reseptor bau tertentu sangat penting untuk menghasilkan perilaku tersebut. Ketika tim memblokir reseptor ini, tingkat agresi berkurang secara signifikan.
"Reseptor ini dikenal sebagai modulator penerimaan pada betina, jadi masuk akal bahwa mereka akan menjadi penting di sini," tambah Gaspar. "Hebatnya, faktor penciuman yang kami uji memainkan peran yang lebih signifikan daripada sinyal visual; lalat buta masih agresif selama reseptor ini aktif dan ada aroma makanan di dalam ruangan."
"Kami melaporkan di sini bagaimana agresi betina terhadap pasangan kawin bisa timbul," kata Vasconcelos. “Temuan ini menambah bukti yang berkembang bahwa lalat buah betina menunjukkan perilaku yang kaya dan kompleks yang sensitif terhadap keadaan sosial, lingkungan, dan internal. Sekarang, kita dapat menggunakan alat genetik dan molekuler ekstensif yang tersedia dalam penelitian lalat untuk menyelidiki saraf dasar dari perilaku yang baru ditemukan ini," pungkasnya.
Source | : | phys.org,Current Biology |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR