Nationalgeographic.co.id - Selain pertarungan gladiator, orang Romawi juga menyukai balap kereta. Para elite Romawi mendanai pembangunan tempat-tempat besar untuk tontonan yang memabukkan ini. Sebut saja Circus Maximus di Roma dan Hippodrome di Konstantinopel. Stadion baru dibangun di kota-kota lain, dan balap pun menjadi obsesi di sana. Tidak sekadar bertanding, di zaman Romawi kuno, balap kereta menjadi persembahan bagi para dewa.
Pertandingan untuk para dewa
Bangsa Romawi mengadaptasi balap kereta dari Yunani kuno. Bukan hanya sekadar pertandingan di Olimpiade dan Pythian, pertandingan ini awalnya tidak dianggap sebagai hiburan.
Balap kereta di zaman Yunani kuno adalah kegiatan suci dan bagian dari upacara keagamaan yang khusyuk. Tujuan dari acara-acara ini, termasuk balap kereta, adalah untuk menyenangkan para dewa. “Ini dilakukan dengan pengorbanan atau dalam menyajikan keterampilan tubuh sebagai persembahan itu sendiri,” tulis David Álvarez di National Geographic.
Epik Homer The Iliad menampilkan balapan kereta sebagai bagian dari hiburan di pemakaman untuk menghormati rekan Achilles yang gugur.
Sama halnya seperti di masa Romawi kuno, balap kereta berperan penting dalam agama. Awalnya, permainan ini diadakan untuk menghormati dewa utama Romawi, Jupiter Optimus Maximus.
Para jenderal mulai mendedikasikan sebagian dari rampasan perang untuk mensponsori balapan kereta dan permainan lainnya. Bisa dibilang, pada tahap inilah semangat balap kereta mulai berkembang menjadi hiburan. Sponsor oleh jenderal meningkatkan popularitas balap dan olahraga lainnya, sehingga pada abad pertama Sebelum Masehi. Akhirnya, hiburan dan permainan dikaitkan dengan budaya massa, kekuasaan, dan populisme.
Pertandingan brutal
Pertandingan kereta Romawi mendebarkan dan singkat, tetapi kadang-kadang brutal. Perlombaan akan dimulai dengan menjatuhkan saputangan putih (mappa). Dalam perlombaan standar di Circus Maximus, masing-masing tim dapat menggunakan tiga kereta. Sehingga ketika mappa jatuh ke tanah, ada 12 kereta yang ditarik kuda yang melaju.
Baca Juga: Sangat populer, Ini Aturan dan Teknik Olahraga Tinju di Zaman Romawi
Baca Juga: Ludus Latrunculorum, Permainan Papan Zaman Romawi Berusia 1.700 Tahun
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR