Nationalgeographic.co.id—Pertarungan gladiator merupakan salah satu hiburan kesukaan sebagian besar masyarakat Romawi kuno. Sebelum bertarung di arena publik seperti Colosseum, para gladiator bertarung di tempat yang lebih sepi yaitu permakaman. Dimulai pada abad ke-3 Sebelum Masehi, pertarungan ini dilakukan sebagai ritual persembahan darah bagi arwah bangsawan. Namun kemudian terjadi perubahan fungsi. Perubahan ini memunculkan beberapa gladiator Romawi terkenal di masanya.
“Sekitar 27 Sebelum Masehi, kaisar Augustus mengambil alih kekuasaan Romawi,” ungkap Michael J. Carter, seorang profesor klasik di Brock University. Gladiator tidak lagi menjadi ritual pemakaman namun jadi hiburan di Romawi.
Kebanyakan gladiator adalah budak yang dipaksa bertarung. Selain itu, sejumlah kecil warga negara yang lahir bebas yang menjadi sukarelawan. “Mereka berharap untuk mendapatkan uang dan ketenaran,” tulis Michael Waters di laman History.
Sebelum mereka bertarung, gladiator dilatih selama berbulan-bulan di sekolah khusus yang dikelola oleh investor kaya. Para investor ini mendapat untung dari keberhasilan gladiator yang disponsorinya.
Berlawanan dengan persepsi populer, gladiator tidak harus bertarung sampai mati. Sebaliknya, pertempuran berlangsung sampai salah satu dari mereka menyerah, biasanya dengan mengangkat satu jari. Sejarawan berpendapat bahwa hanya antara 10 dan 20 persen gladiator meninggal selama pertandingan. Hal ini mencerminkan nilai finansial mereka yang tinggi bagi investor.
Menjadi gladiator yang tangguh, seseorang bisa mendapatkan ketenaran bak artis di zaman modern.
Marcus Attilius
Sebagai orang Romawi yang lahir bebas, Attilius mendaftar di sekolah gladiator atas kemauannya sendiri. Keputusannya ini menjadikannya sebagai bagian dari kumpulan gladiator kecil tapi elit yang mengajukan diri untuk bertarung.
Untuk membuat pertandingan yang setara, pengawas Romawi umumnya memasangkan gladiator yang punya tingkat pengalaman yang hampir sama. Pemula melawan pemula, ahli melawan ahli.
Tetapi ketika Marcus Attilius pertama kali bertarung sebagai “tiro”, istilah untuk gladiator baru, ia menghadapi Hilarus. Hilarus adalah petarung veteran yang telah memenangkan 12 dari 14 pertandingan dalam karirnya.
Dalam penampilan yang menakjubkan, Marcus Attilius mengalahkan gladiator pemenang 12 kali lainnya. Seniman Pompeii melukis grafiti untuk mengenang prestasinya.
Attilius mungkin tidak dikenal secara luas di seluruh Kekaisaran Romawi, eorang pakar berpendapat bahwa ketenarannya hanya bersifat regional.
Source | : | History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR