Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru dari Newcastle University dan Queen’s University Belfast menemukan bahwa anjing dapat mendeteksi saat manusia mengalami stres. Anjing dapat mencium perubahan napas dan keringat manusia yang terjadi saat kita stres.
Laporan penelitian tersebut telah diterbitkan di jurnal PLoS One dengan judul "Dogs can discriminate between human baseline and psychological stress condition odours."
Dijelaskan, bau yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan sinyal kimia yang telah berevolusi untuk komunikasi, terutama di dalam spesies.
Indera penciuman anjing dan hewan bertaring lainnya memberikan informasi penting. Penting untuk menyadari pemangsa potensial, mencari makanan, mengidentifikasi spesies sejenis, dan memungkinkan pengenalan anggota keluarga.
Penelitian tentang sinyal kimia telah diperluas untuk mengeksplorasi komunikasi antar-spesifik, seperti antara tikus dan manusia, sapi dan manusia, kuda dan manusia, dan anjing dan manusia.
Mengingat indera penciuman anjing domestik yang luar biasa, dan sejarah domestikasi yang dekat dengan manusia, ada kemungkinan bahwa mereka mendeteksi bau yang terkait dengan perubahan dalam tubuh manusia di luar yang telah ditetapkan.
Penggunaan anjing untuk mendukung kondisi psikologis manusia seperti kecemasan, serangan panik, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) semakin populer, dengan daftar tunggu untuk anjing layanan PTSD menjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dalam beberapa kasus.
Anjing semacam itu telah dilaporkan meningkatkan kualitas hidup individu, koneksi sosial, dan mengurangi jumlah serangan panik atau gejala PTSD, dengan tugas 'menenangkan' dan 'mengganggu kecemasan' dilaporkan sebagai bagian paling membantu dari repertoar perilaku mereka.
Namun, bukti empiris tentang mekanisme apa yang mungkin digunakan anjing untuk menanggapi pengalaman psikologis pemiliknya saat ini masih kurang.
"Temuan kami menunjukkan bahwa kita, sebagai manusia, menghasilkan bau yang berbeda melalui keringat dan napas kita ketika kita stres dan anjing dapat membedakan ini dari bau kita saat santai - bahkan jika itu adalah seseorang yang tidak mereka kenal," kata penulis utama Clara Wilson, mahasiswa doktoral di School of Psychology di Queen's University Belfast.
Dalam studi tersebut, Wilson dan rekannya mengumpulkan sampel napas dan keringat dari non-perokok yang belum lama ini makan atau minum.
Source | : | Sci News,PLoS ONE |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR