Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa pelangi kerap muncul setelah hujan? Tapi mengapa terkadang juga tak muncul atau tak kelihatan hingga hujan telah usai?
Yang perlu Anda ketahui, pelangi sebenarnya bukan "benda" dan tidak ada di "tempat" tertentu. Pelangi adalah fenomena optik yang muncul ketika sinar matahari dan atmosfer dalam kondisi yang pas, dan juga ketika posisi Anda tepat untuk melihatnya.
Jadi, munculnya pelangi disebabkan oleh paduan antara sinar matahari dan kondisi atmosfer. Ketika kondisi atmosfer tidak pas, maka pelangi tak akan muncul. Atau ketika posisi Anda tidak pas, pelangi juga tidak akan kelihatan.
Proses terbentuknya pelangi
Ketika cahaya memasuki tetesan air hujan, cahaya tersebut melambat dan berbelok atau terbiaskan saat bergerak dari udara ke air yang lebih padat. Cahaya juga terpantulkan di dalam tetesan air hujan, dan kemudian terurai menjadi masing-masing panjang gelombang komponennya atau warna-warna. Warna-warna yang terurai sesuai panjang gelombangnya masing-masing itulah yang kita lihat sebagai pelangi.
Jadi, sebagaimana dijelaskan oleh SciJinks, pelangi membutuhkan tetesan air untuk mengambang di udara. Itu sebabnya kita melihatnya tepat setelah hujan. Matahari harus berada di belakang Anda dan langit harus bersih dari awan sehingga tak menghalangi sinar matahari menuju teteas air agar pelangi muncul atau terlihat oleh kita.
Pertanyaan menarik lainnya, mengapa pelangi berbentuk busur?
Pelangi sebenarnya adalah lingkaran penuh, tetapi dari bumi kita hanya melihat sebagian saja. Dari pesawat terbang, dalam kondisi yang tepat, seseorang dapat melihat seluruh lingkaran pelangi.
National Geographic juga pernah mencatat bahwa bentuk pelangi sebenarnya adalah lingkaran penuh. Orang yang melihat pelangi dari pesawat terkadang bisa melihat pelangi melingkar ini. Adapun orang di darat hanya dapat melihat cahaya yang dipantulkan oleh tetesan air hujan di atas cakrawala.
Baca Juga: Cantiknya Lebah 'Pelangi' Australia, Terbang Sampai Indonesia
Baca Juga: Hormuz, Pulau Pelangi di Teluk Persia yang Tanahnya Bisa Dimakan
Dari Fiksi Jadi Memori: Kisah Siti Nurbaya Jadi Identitas yang Kuat di Kota Padang
Source | : | National Geographic,Scijinks |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR