Baca Juga: Siapa yang Membangun Monumen Perang Dunia Pertama di Cikopo?
Baca Juga: Pembentukan Cagar Alam Semasa Hindia Belanda oleh S.H. Koorders
Baca Juga: Kebijakan Agraria Raffles Menjadi Dasar Pertanahan di Hindia-Belanda
Namun, Karel Bosscha tidak menyerah. Peruntungannya berangsur membaik manakala bekerja sama dengan sepupunya Rudolf Eduard Kerkhoven di Malabar, Bandung. Etos kerja dan pengalamannya, membantunya mengembangkan onderneming di Malabar.
Setelah dianggap berhasil dan memiliki banyak modal, Karel melebarkan usaha tehnya hingga pada tahun 1900-an, ia memiliki banyak perusahaan teh. Ia lantas dijuluki sebagai De Koning der Thee (Raja teh di Priangan).
Keberhasilan Karel juga meninggalkan banyak kenangan mereka di Priangan. Selain dikenal sebagai juragan teh, ia juga mendirikan banyak lembaga di sana. Salah satu yang fenomenal adalah Blinden Instituut (rumah buta) dan Dooftstommen Instituut (rumah tuli bisu).
Meski memasuki tahun 1942, Jepang mulai menangkap dan mengembalikan sejumlah interniran Belanda kembali ke Eropa, aset-aset berharga dari kisah dinasti perkebunan teh berhasil terselamatkan. Di antaranya ialah aset potret keluarga mereka selama berada di Jawa.
Source | : | Nationaal Archief |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR