Editor in Chief National Geographic Indonesia Didi Kaspi Kasim berpendapat, ada pertumbuhan yang signifikan dari ide inovasi yang masuk dalam kompetisi ini. "Artinya, bukan hanya sekadar banyak yang berkompetisi, tapi keingintahuan akan lingkungan (pada generasi muda) itu membaik," ujarnya.
Didi juga menjadi juri dalam kompetisi tersebut. Usaha untuk terlibat dalam penyelesaian masalah lingkungan, khususnya karbon netral, adalah wujud memperbaiki apa yang selama ini salah akibat generasi sebelumnya, terang Didi.
"Generasi gue sebelumnya sudah fail, generasi selanjutnya yang melanjutkan perjuangan," tuturnya.
Ada banyak inovasi yang mereka tawarkan dalam kompetisi ini. Sebagian sudah berjalan dengan melibatkan banyak pihak untuk mewujudkan keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Misalnya, mereka melibatkan pengepul sampah, bank sampah, dan daur ulang, agar bisa menjadi material produksi.
Baca Juga: Ekonomi Sirkular: Siasat Mewajibkan Limbah Didaur Ulang di Segala Lini
Baca Juga: Bagaimana Mengklasifikasikan Seluruh Ekosistem di Planet Bumi?
Baca Juga: Butik Berkelanjutan ala Kiehl's: Contoh Bisnis Ramah Lingkungan
Mereka juga membawa langsung proyek jadi untuk ditampilkan kepada para juri. Beberapa di antaranya mulai dari alat pengendali banjir sebagai sumber tenaga listrik, pembalut ramah lingkungan, hingga kontainer ramah lingkungan.
Tidak hanya itu, kegiatan pelatihan, lokakarya dan bimbingan membuat para murid-murid untuk mewujudkan proyek mereka, bisa terkoneksi dengan beberapa stakeholder seperti pemerintah, organisasi nirlaba, dan pebisnis.
“Berjejaring ini yang perlu dikembangkan, bertemu dengan orang-orang yang tepat--bertemu dengan kawan-kawan mereka yang punya keahlian tepat, sehingga inisiatif-inisiatif untuk mewujudkan akselerasi itu bisa terjadi,” kata Didi.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR