Nationalgeographic.co.id - Sekelompok ahli biologi dunia hewan dan ahli kimia di Institute of Transformative Bio-Molecules (ITbM) Universitas Nagoya di Jepang tengah, bekerja sama dengan Toyota Boshoku Corporation dan Universitas Niigata, telah mengidentifikasi feromon yang terlibat dalam mekanisme yang memicu ikan buntal untuk bertelur di pantai menggunakan cahaya bulan.
Temuan mereka tersebut telah dilaporkan dalam jurnal Current Biology pada 27 Oktober, dengan menyertakan judul makalah “Prostaglandin E2 synchronizes lunar-regulated beach spawning in grass puffers.”
Ikan buntal sebagian besar ditemukan di perairan laut tropis dan subtropis, tetapi beberapa spesies hidup di air payau bahkan air tawar. Mereka memiliki tubuh yang panjang dan meruncing dengan kepala bulat.
Ikan buntal dapat mengembang menjadi bentuk bola untuk menghindari pemangsanya. Juga dikenal sebagai blowfish, perenang kikuk ini mengisi perut elastis mereka dengan sejumlah besar air (dan kadang-kadang juga udara) lalu meledakkan diri hingga beberapa kali ukuran normalnya. Beberapa spesies ikan buntal juga memiliki duri di kulitnya untuk menangkal predator.
Kulit ikan buntal ditutupi duri-duri, yang sangat berbahaya. Membawa racun yang disebut tetrodotoxin (TTX), yang mematikan bagi ikan lain dan manusia. Anda harus menghindari menyentuh ikan buntal, terutama jika "menggembung". Tangan Anda bisa rusak dan Anda bisa mati. Hampir semua ikan buntal mengandung tetrodotoxin, zat yang membuat rasanya tidak enak dan seringkali mematikan. Bagi manusia, tetrodotoxin mematikan, hingga 1.200 kali lebih beracun daripada sianida. Ada cukup racun dalam satu ikan buntal untuk membunuh 30 manusia dewasa, dan tidak ada penawar yang diketahui.
Selain racun, ada perilaku dari ikan buntal ini yang menarik perhatian ilmuwan. Seperti yang dijelaskan oleh Aristoteles, orang-orang sepanjang sejarah banyak yang terpesona oleh bulan. Selama berabad-abad, para ilmuwan juga telah mengidentifikasi beberapa hubungan antara siklus bulan dan perilaku makhluk hidup, termasuk migrasi, kawin, dan makan. Namun, sementara ritme bulan mungkin merupakan hal mendasar bagi kehidupan, mekanisme yang memengaruhi perilaku tersebut tidak dipahami dengan baik.
Di sepanjang garis pantai di seluruh dunia, pada saat pasang surut musim semi (yaitu, bulan baru dan bulan purnama), ribuan ikan buntal berkumpul di tepi air dan melakukan gerakan menggeliat saat mereka bertelur. Ikan ini dikenal sebagai 'semilunar spawners'. Meskipun tampilan dramatis ini merupakan daya tarik yang populer, para ilmuwan tidak memahami mekanisme ikan buntal menyinkronkan pemijahan mereka dengan siklus bulan.
Baca Juga: Fakta Mengenai 'Nyonya Puff' yang Beracun Tetapi Lezat dan Bergizi
Baca Juga: Ikan 'Hantu Mekong' yang Hilang Ditemukan Kembali di Pasar Kamboja
Baca Juga: 'Ikan Vampir' Muncul di Perairan Vermont, Ahli: Tak Perlu Khawatir
Oleh karena itu, untuk lebih memahami fenomena ini, para peneliti Universitas Nagoya menerapkan teknik genomik inovatif, yang disebut ekogenomik pada ikan buntal rumput (Takifugu alboplumbeus). Mereka mengidentifikasi 125 gen yang terlibat dalam perilaku pemijahan mereka, termasuk gen yang penting untuk reproduksi.
Selama pasang surut musim semi, para peneliti juga memperhatikan reseptor untuk feromon tertentu yaitu PGE2. Ketika mereka menerapkan PGE2 ke tangki ikan buntal, baik jantan maupun betina menunjukkan perilaku menggeliat yang khas saat pemijahan. Selanjutnya, dengan meningkatnya dosis, jumlah ikan yang merespon juga meningkat. Para peneliti menyimpulkan bahwa pemijahan ikan buntal ini melepaskan PGE2 ke dalam air laut, sehingga memicu perilaku pemijahan pantai yang sinkron.
"Sinkronisasi reproduksi dengan siklus bulan tidak terbatas pada organisme yang hidup di sepanjang garis pantai," jelas pemimpin peneliti Profesor Takashi Yoshimura. “Misalnya, perkawinan rusa kutub dan proses melahirkan anak sapi pada sapi juga dilaporkan tersinkronisasi dengan siklus bulan,” ia percaya bahwa penelitian semacam ini juga berimplikasi pada manusia.
"Perlu dicatat," katanya, "bahwa siklus menstruasi, siklus tidur-bangun, dan siklus manik-depresif disinkronkan dengan siklus bulan pada manusia, dan siklus bulan umumnya juga memengaruhi biologi dan perilaku manusia."
Source | : | Phys.org |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR