Nationalgeographic.co.id - Seorang wanita kaum terhormat di Romawi kuno diharuskan untuk tidak menonjolkan diri. Profil rendah seorang wanita dilambangkan oleh fakta bahwa tidak ada nama anak perempuan yang sebenarnya. Jadi, jika seorang wanita termasuk dalam klan Julian (atau gen Julia), dia akan disebut Julia, jika dia termasuk dalam klan Claudia (atau gen Claudia), dia akan disebut Claudia, dan seterusnya.
Seorang kakak perempuan akan disebut Julia mayor atau Claudia mayor dan seorang adik perempuan akan disebut Julia minor atau Claudia minor. Jika ada kakak perempuan atau adik perempuan lain, dia akan dipanggil Julia maxima atau minima.
Dengan kata lain, identitas sosial seorang wanita sebagian besar ditentukan dengan menjadi putri seseorang pertama dan kemudian istri seseorang.
Kebajikan Seorang Wanita di Roma Kuno
Setiap kali seorang wanita pergi keluar, dengan asumsi dia lahir terhormat, akan didampingi oleh satu atau lebih budak. Dia harus menutupi tubuhnya sepenuhnya, termasuk wajahnya. Bukan hanya itu, wanita tersebut juga harus mengenakan gaun yang disebut 'stola' yang akan mencapai pergelangan kakinya. Stola berwarna cerah dan memiliki banyak lipatan. Di atasnya, seorang wanita diharuskan mengenakan 'palla' yang harus dia bungkus seperti jubah.
Kesopanan dan kesetiaan adalah kebajikan utama seorang wanita selama waktu itu. Salah satu contoh terbaik dari istri Romawi yang ideal adalah seorang wanita bernama Claudia yang meninggal pada abad ke-2 SM. Dia adalah istri yang ideal—setia dan tidak mengeluh.
Sampai zaman Kaisar Augustus, tidak ada patung wanita. Jika seorang wanita termasuk dalam tatanan sosial yang lebih rendah, gerakannya akan jauh lebih terbatas daripada wanita kelas atas. Dia mungkin harus bekerja. Jika seorang wanita tinggal di pedesaan, dia akan membantu di pertanian. Jika tinggal di kota, dia punya lebih banyak pilihan—menjadi bidan, perawat basah, penata rambut, pembuat parfum, penenun keranjang, penjahit, pedagang kaki lima, aktor, pelayan, pelayan bar, atau juru masak. Dia juga memiliki pilihan untuk terjun ke bisnis hiburan sebagai penari, musisi, pemain sulap, artis pantomim, atau artis pantomim.
Seorang wanita juga bisa menjadi pelacur. Rumah bordil adalah hal biasa di Roma dan tidak akan ada kekurangan pekerjaan. Pada abad ke-3 M, ada sekitar 45 rumah bordil di kota Roma.
Prasangka Terhadap Wanita di Masyarakat Romawi
Prasangka terhadap perempuan tidak hanya tertanam dalam cara masyarakat Romawi beroperasi, tetapi juga diabadikan dalam hukum Romawi. Jika seorang wanita melakukan perzinahan, itu adalah tindak pidana, sedangkan jika suaminya melakukan perzinahan tidak.
Baca Juga: Pernikahan Politik, Pemicu Tingginya Angka Perceraian di Era Romawi
Baca Juga: Di Balik Kepemimpinan Kaisar Romawi, Ada Wanita Kuat dan Berpengaruh
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR