Nationalgeographic.co.id - Sistem sosial di era Romawi kuno membuat wanita harus mengabdi sepenuhnya pada laki-laki. Tak hanya harus patuh, tetapi benar-benar tunduk.
Bahkan, status hukum wanita Romawi sebagai warga negara hanya bisa didapat lewat hubungan atau kaitan dengan suaminya atau ayahnya. Pendidikan untuk wanita juga dibatasi agar tak melawan laki-laki yang menjadi suami atau ayahnya.
Anehnya, bertentangan dengan apa yang diharapkan, perceraian justru banyak terjadi selama era Kekaisaran Romawi. Bahkan, meski perempuan tidak memiliki hak yang sama dengan laki-laki dan tidak dilihat sebagai warga negara penuh, mereka masih bisa bercerai, sebagaimana dipaparkan oleh Anisia Iacob, lulusan tingkat master bidang sejarah, dalam sebuah tulisan di The Collector.
"Tidak ada prosedur hukum khusus untuk bercerai karena salah satu pasangan cukup mengatakan bahwa mereka hanya ingin mengakhiri pernikahan. Akibatnya, perceraian cukup banyak terjadi, terutama dalam kasus pernikahan politik," tulis Iacob.
"Ketika salah satu pihak menganggap bahwa mereka tidak lagi membutuhkan dukungan politik dari pihak lain, pasangan itu akan bercerai begitu saja."
Selain itu, ayah juga dapat memutuskan anak perempuannya untuk menceraikan suaminya. Setelah perceraian, anak perempuan akan masuk kembali di bawah perwalian ayahnya, sama seperti sebelum menikah.
"Selain itu, menarik untuk dicatat bahwa, dalam banyak kasus, adalah hal biasa bagi suami untuk mendapatkan hak asuh atas anak-anak. Oleh karena itu, melalui perceraian, wanita kemungkinan besar akan kembali ke rumah orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya," papar Iacob.
Baca Juga: Tujuh Penemuan Romawi Kuno: Inovasi yang Berguna hingga Sekarang
Baca Juga: Apa Perbedaan antara Kehidupan Romawi Kuno dengan Yunani Kuno?
Baca Juga: Menelusuri Jejak Dunia Romawi Kuno dalam Kehidupan Modern Saat Ini
Dalam kasus-kasus kekerasan, para suami akan mencoba memanfaatkan perceraian untuk mengambil alih mahar yang dibawa oleh para wanita untuk memasuki pernikahan. Suami biasanya akan menuduh wanita tidak setia dan karena itu meminta untuk memegang dan menyimpan mahar itu sendiri.
Konsep mahar dari istri adalah hal yang umum di era Romawi kuno. Mahar adalah suatu bentuk pembayaran yang diberikan oleh keluarga istri kepada suaminya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR