Nationalgeographic.co.id—Barangkali minum dingin dari peredaran es batu sedang marak-maraknya di Hindia Belanda. Pabrik es batu di Karesidenan Cirebon menjadi ramai diperbincangkan.
Pabrik es itu menjadi viral karena banyak mendistribusi es batunya ke berbagai toko yang menjual minuman dingin. Namun, di tengah maraknya minuman dingin, penyakit tifus perlahan melanda dan meluas.
Imas Emalia dalam jurnalnya menulis tentang laporan Residen Hiljee yang melaporkan bahwa penyakit tifus "paling banyak melanda Kota Cirebon dan para dokter terus berkeliling melakukan perawatan."
Imas menulis kepada Jurnal Sejarah yang berjudul "Wabah Tifus di Cirebon Masa Hindia Belanda: Kebijakan Pemerintah dan Solusi Sehat Masyarakat" yang diterbitkan pada tahun 2020.
Dalam jurnalnya, ia melukiskan kekhawatiran pemerintah kolonial terhadap dampak yang ditimbulkan karena persebaran tifus yang semakin masif. "Beberapa orang meninggal karena wabah itu," lapor Hiljee dalam tulisan Imas.
Sebuah laporan muncul dari surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad edisi 1 Februari 1921, menyebutkan bahwa wabah tifus di Kota Cirebon bermula di tahun 1911.
"Dalam laporan Binnendlandsch Bestuur No. 1893 pun disebutkan bahwa peran para dokter belum berhasil dalam menangani wabah tifus, karena persebaran wabah tifus terus terjadi hingga ke daerah pedalaman seperti yang terjadi di Cirebon Selatan dan Barat," imbuhnya.
Sejumlah 3.205 orang terpapar wabah di sepanjang tahun 1932 hingga 1933. Menurut laporan ini, 1932-1933 merupakan periode paling parah sepanjang wabah tifus terjadi di Kota Cirebon.
Sang residen menggambarkan bahwa Kota Cirebon sudah masuk dalam status yang parah, sehingga Hiljee mulai mendeteksi dari mana akar dari wabah itu berasal.
Sejumlah laporan masyarakat tertuju pada sebuah pabrik es yang mendistribusi sejumlah es batu kepada tempat penjual minuman dingin. Pabrik es itu berlokasi di Mandirancan, Karesidenan Cirebon (sekarang menjadi Kabupaten Kuningan).
Menurut laporan, beberapa warga yang mengonsumsi minuman dingin dari es batu yang didistribusi pabrik es itu, akan langsung terserang gejala tifus.
Baca Juga: Kekacauan dan Pagebluk, Menanti Datang Ratu Adil Pangeran Dipanagara
Source | : | Jurnal Sejarah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR