Nationalgeographic.co.id - Seratus tahun berlalu setelah penemuan makam Firaun Tutankhamun, pesona sang Firaun muda itu seakan tidak pernah pudar. Pada tahun 1922, makam Tutankhamun ditemukan di Mesir oleh ekspedisi yang dipimpin oleh arkeolog Howard Carter. Penemuan tersebut memberikan banyak pengetahuan tentang Mesir kuno, praktik penguburannya, dan adat istiadatnya. Di antara barang-barang menakjubkan yang ditemukan adalah satu set terompet kayu, perak, dan perunggu. Mitos menyelimuti penemuan terompet tersebut. Konon, terompet milik Firaun Tutankhamun dipercaya sebagai pemicu perang dunia dan pemberontakan. Benarkah demikian?
Terompet Firaun Tutankhamun Pemicu Perang Dunia II?
Mitos itu berawal dari rekaman suara salah satu terompet pada tahun 1939 oleh radio BBC. Lewat rekaman tersebut, orang-orang di seluruh dunia dapat mendengar suara instrumen kuno itu.
Beberapa bulan setelah terompet diperdengarkan, Perang Dunia II pecah. Ini akhirnya mengarah pada legenda bahwa terompet memiliki kekuatan magis untuk memanggil perang.
Terompet Tutankhamun
Terompet tertua terbuat dari tanduk hewan yang dilubangi dan cangkang seperti cangkang keong. Mirip dengan megafon primitif, terompet ini menghasilkan suara keras. “Mungkin digunakan untuk menakut-nakuti roh jahat,” tulis Caleb Strom di laman Ancient Pages. Ini mungkin salah satu alasan mengapa terompet selalu memiliki konotasi magis dan sering digunakan dalam konteks ritual.
Terompet Tutankhamun terbuat dari kayu dan perunggu. Panjangnya sekitar 58 cm dan lebar 4 cm dengan lubang untuk mulut di satu sisi. Ujung yang melebar di sisi lain untuk memperkuat suara.
Baca Juga: Belati Tutankhamun Berbahan Logam Meteorit dan Ditempa di Luar Mesir
Baca Juga: Misteri Raja Tutankhamun, Teka-teki Kematian dan Kisah Hidup yang Terhapus
Terompet paling awal di Mesir tampaknya digunakan untuk tujuan militer, misalnya memperingatkan dan mengarahkan tentara di medan perang.
Untuk alasan itu, masuk akal jika seorang Firaun dikuburkan dengan terompet. Sang Firaun mungkin akan menggunakannya pada suatu saat untuk berkomunikasi dengan pasukannya.
Asosiasi modern terompet Tutankhamun dengan Perang
Pada tahun 1939, Egyptian Antiquities Service meyakinkan Radio BBC untuk menyiarkan suara salah satu terompet kuno. Tujuannya agar setiap orang yang mendengarkan radio dapat merasakan bagian dari dunia Mesir kuno.
Orang yang memainkan terompet adalah Rex Keating, seorang tokoh radio terkemuka pada saat itu. Sebelum memainkannya, Rex berkonsultasi dengan Alfred Lucas. Lucas pernah terlibat dengan tim Howard Carter untuk memulihkan artefak dari makam Tutankhamun pada tahun 1922.
Pada malam dia akan memainkan trompet di radio, listrik di Kairo padam lima menit sebelum dia seharusnya mulai. Rex harus membaca naskahnya dengan cahaya lilin ketika naskah itu disiarkan ke London. Lima bulan setelah siaran itu, Inggris berperang melawan Jerman.
Menurut beberapa laporan, salah satu terompet juga dimainkan sebelum Perang Enam Hari pada tahun 1967. Juga tepat sebelum dimulainya Perang Teluk pada tahun 1990.
Salah satu terompet juga tampaknya dimainkan tepat sebelum pemberontakan Mesir melawan Hosni Mubarak pada tahun 2011. Selama penjarahan, terompet dicuri tetapi secara misterius dikembalikan.
Ini adalah kebetulan yang sangat menarik. Masalahnya, kejadian-kejadian tersebut sebagian besar tidak dapat diverifikasi.
Ahli Mesir kuno Hala Hassan mendukung gagasan bahwa terompet-terompet itu dikutuk. Sejauh ini, cerita-cerita ini bersifat anekdot dan tidak memberikan bukti konklusif untuk realitas kutukan.
Tutankhamun menggaungkan panggilan untuk berperang
Cara lain untuk mengonfirmasi kutukan mungkin dengan melihat contoh perang di pemerintahan Tutankhamun sebagai Firaun.
Tutankhamun menjadi Firaun sekitar usia delapan tahun sekitar 1337 Sebelum Masehi. Selama masa pemerintahannya yang singkat, ia membuat banyak reformasi signifikan yang memulihkan ketertiban di Mesir saat itu.
Pendahulunya, Akhenaten, melakukan beberapa reformasi agama dan tindakannya tidak disukai oleh bangsa Mesir. Dia menggantikan Amun, dewa utama Mesir kuno saat itu, dengan dewa lain, Aten, yang diklaim Akhenaten sebagai inkarnasinya.
Baca Juga: Mumi Amun Ra, Mumi Mesir Kuno Yang Membawa Selalu Kemalangan
Baca Juga: Selidik Kehidupan Sang Pionir Pembaharu Mesir, Firaun Akhenaten
Reformasi ini membuat Mesir tidak stabil dan membuat murka para pendeta Amun. Pasalnya, mereka memegang kekuasaan dan pengaruh yang cukup besar karena statusnya sebagai pendeta dewa utama di Mesir kuno. Akhenaten mengancam posisi pendeta Amun dengan mencopot Amun sebagai dewa tertinggi dan menggantikannya dengan Aten.
Dia juga mengabaikan militer Mesir karena fokus utamanya pada penciptaan agama baru. Ia pun mengabaikan tugasnya sebagai penguasa Mesir. Akibatnya, Mesir menurun secara militer dan teritorial pada masa pemerintahan Akhenaten.
Selama masa pemerintahannya yang singkat, Tutankhamun membalikkan sebagian besar dari apa yang telah dilakukan ayahnya. Firaun muda itu memulihkan militer Mesir serta posisinya sebagai kekuatan regional dan memulihkan agama lama.
Salah satu hal pertama yang dia lakukan sebagai firaun adalah mengubah namanya dari Tutankhaten menjadi Tutankhamun. Ini dilakukan untuk menandai kembalinya agama lama yang berpusat pada dewa Amun.
Apa lagi yang mungkin dia lakukan sebagai Firaun tidak pernah diketahui karena dia meninggal muda. Pemerintahannya singkat tetapi memberikan dampak yang signifikan bagi bangsa Mesir kuno.
Tutankhamun hidup selama waktu yang tidak pasti dalam sejarah Timur Dekat kuno. Kemungkinan dia memang harus berperang atau setidaknya memimpin beberapa perang melawan musuh Mesir. Saat itu, musuh-musuh Mesir adalah orang Het, orang Semit yang tinggal di Semenanjung Sinai, dan saingan lainnya.
Jika dia memimpin pertempuran, terompet akan digunakan. Apakah salah satu dari terompet ini adalah terompet ajaib yang digunakan untuk memulai perang dengan musuh-musuhnya? Meski jawabannya belum diketahui, ini adalah legenda yang menarik.
Penyiaran terompet seperti yang dilakukan pada tahun 1939 di Radio BBC mungkin tidak akan diulang. Bukan karena kutukan Tutankhamun, tetapi karena sebagian besar arkeolog menganggap terompet terlalu rapuh untuk digunakan.
Untungnya, salah satu terompet setidaknya pernah dimainkan sekali, jadi orang modern memiliki suara dari Mesir kuno. Sisi baiknya, terompet Tutankhamun tidak akan memulai perang lagi.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR