Pada tahun 1939, Egyptian Antiquities Service meyakinkan Radio BBC untuk menyiarkan suara salah satu terompet kuno. Tujuannya agar setiap orang yang mendengarkan radio dapat merasakan bagian dari dunia Mesir kuno.
Orang yang memainkan terompet adalah Rex Keating, seorang tokoh radio terkemuka pada saat itu. Sebelum memainkannya, Rex berkonsultasi dengan Alfred Lucas. Lucas pernah terlibat dengan tim Howard Carter untuk memulihkan artefak dari makam Tutankhamun pada tahun 1922.
Pada malam dia akan memainkan trompet di radio, listrik di Kairo padam lima menit sebelum dia seharusnya mulai. Rex harus membaca naskahnya dengan cahaya lilin ketika naskah itu disiarkan ke London. Lima bulan setelah siaran itu, Inggris berperang melawan Jerman.
Menurut beberapa laporan, salah satu terompet juga dimainkan sebelum Perang Enam Hari pada tahun 1967. Juga tepat sebelum dimulainya Perang Teluk pada tahun 1990.
Salah satu terompet juga tampaknya dimainkan tepat sebelum pemberontakan Mesir melawan Hosni Mubarak pada tahun 2011. Selama penjarahan, terompet dicuri tetapi secara misterius dikembalikan.
Ini adalah kebetulan yang sangat menarik. Masalahnya, kejadian-kejadian tersebut sebagian besar tidak dapat diverifikasi.
Ahli Mesir kuno Hala Hassan mendukung gagasan bahwa terompet-terompet itu dikutuk. Sejauh ini, cerita-cerita ini bersifat anekdot dan tidak memberikan bukti konklusif untuk realitas kutukan.
Tutankhamun menggaungkan panggilan untuk berperang
Cara lain untuk mengonfirmasi kutukan mungkin dengan melihat contoh perang di pemerintahan Tutankhamun sebagai Firaun.
Tutankhamun menjadi Firaun sekitar usia delapan tahun sekitar 1337 Sebelum Masehi. Selama masa pemerintahannya yang singkat, ia membuat banyak reformasi signifikan yang memulihkan ketertiban di Mesir saat itu.
Pendahulunya, Akhenaten, melakukan beberapa reformasi agama dan tindakannya tidak disukai oleh bangsa Mesir. Dia menggantikan Amun, dewa utama Mesir kuno saat itu, dengan dewa lain, Aten, yang diklaim Akhenaten sebagai inkarnasinya.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR