Baca Juga: Ahli Ornitologi Menemukan Dua Spesies Baru Burung Matahari di Sulawesi
“Yang kritis, hasilnya masih signifikan, memberikan dukungan pada manfaat khusus kehidupan burung pada kesejahteraan mental, di atas dan di luar efek ruang hijau yang sudah mapan,” catat mereka.
Menurut para peneliti, hasil penelitian ini menunjukkan potensi manfaat burung dalam membantu meningkatkan kesehatan mental masyarakat. Dengan demikian, ini dapat dipertimbangkan dalam hal kesehatan mental dan kebijakan perlindungan lingkungan/satwa liar.
Ini sangat penting, kata mereka, mengingat penurunan keanekaragaman hayati saat ini. Misalnya, mereka mencatat laporan Eropa baru-baru ini, yang menemukan bahwa satu dari enam spesies burung telah menghilang sejak 1980-an.
Khusus di negeri ini, berdasarkaan Status Burung Indonesia 2021, negara ini memiliki banyak jenis burung yang kini berstatus terancam punah. Riniciannya, ada 31 jenis burung masuk dalam kategori Kritis, satu langkah lagi menuju status kepunahan. Sebanyak 52 jenis lainnya dinyatakan Genting (Endangered/EN). Kemudian 96 jenis lainnya berstatus Rentan terhadap kepunahan (Vulnerable/VU). Total ada 179 jenis burung di Indonesia yang masuk ke dalam daftar hewan terancam punah secara global.
"Studi kami memberikan dasar bukti untuk menciptakan dan mendukung ruang keanekaragaman hayati yang menampung kehidupan burung, karena ini sangat terkait dengan kesehatan mental kita," kata Andrea Mechelli, peneliti dari Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN) di King's College London, yang menjadi penulis senior dalam studi ini, seperti dikutip dari Medical Daily.
"Selain itu, temuan ini mendukung penerapan langkah-langkah untuk meningkatkan peluang bagi orang-orang untuk menemukan kehidupan burung, terutama bagi mereka yang hidup dengan kondisi kesehatan mental seperti depresi," tambah Mechelli.
"Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang meneliti dampak pertemuan sehari-hari dengan burung pada kesejahteraan mental dalam konteks waktu nyata dan kehidupan nyata," tulis para peneliti.
Source | : | Medical Daily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR