Nationalgeographic.co.id—Olahraga dan bentuk latihan fisik lainnya telah diketahui sebagai pemicu eksaserbasi terkait asma. Hubungan seksual atau hubungan intim sebenarnya bisa juga dianggap sebagai bentuk olahraga atau latihan fisik.
Namun, serangan asma pascakoitus atau setelah hubungan seksual tidak banyak dilaporkan. Sebab, para pasien sering kali terlalu malu untuk mendiskusikan insiden intim seperti itu dengan dokter.
Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa hiubungan seksual ternyata juga dapat menjadi faktor risiko serangan asma. Singkatnya, hubungan seksual bisa memicu serangan asma seperti olahraga.
Menurut para peneliti dalam studi tersebut, hingga 90 persen penderita asma mungkin pernah mengalami gejala asma akibat olahraga di beberapa titik dalam hidup mereka. Namun, karena seks tidak secara luas dianggap sebagai bentuk olahraga, hanya sedikit pasien atau dokter yang mau mengetahui hubungan antara hubungan seksual dan serangan asma.
"Banyak orang tidak menyadari bahwa pengeluaran energi untuk aktivitas seksual setara dengan menaiki dua tangga," jelas Ariel Leung, salah satu penulis dalam studi ini, seperti dikutip dari IFL Science. Laporan studi ini menjadi salah satu hasil riset yang dipresentasikan di American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI) Annual Scientific Meeting.
Menduga bahwa hubungan seksual mungkin merupakan pemicu serangan asma yang kurang terdiagnosis, para peneliti melakukan tinjauan terhadap semua studi kasus medis yang ada pada subjek tersebut. Apa yang mereka temukan adalah sejumlah kecil kasus, yang sebagian besar menyinggung fakta bahwa pasien enggan melaporkan serangan asma terkait seks karena dianggap sebagai hal sensitif.
Leung menjelaskan bahwa "prevalensi pasti dari hubungan seksual sebagai olahraga yang memicu asma tidaklah diketahui, tetapi dapat disimpulkan bahwa para pasien dengan asma akibat olahraga kemungkinan besar juga akan mengalami asma akibat koitus."
"Prevalensi umum asma yang dipicu oleh olahraga adalah sekitar 5-20 persen dari populasi umum, jadi kita berbicara tentang banyak orang, bukan hanya para penderita asma."
Menariknya, sementara kasus eksaserbasi asma terkait seks yang dilaporkan sedikit dan jarang terjadi. Para peneliti menemukan lebih banyak studi kasus yang melibatkan reaksi alergi terhadap cairan mani atau lateks selama hubungan seksual.
Secara keseluruhan, Leung mengatakan bahwa asma akibat seks cenderung tidak disebutkan oleh pasien. “Pelaporan gejala (asma) selama hubungan seksual bergantung pada kenyamanan pasien dengan penyurveinya dan kesadaran penyurvei untuk mengkarakterisasi aktivitas seksual sebagai olahraga,” katanya.
Baca Juga: Setelah Bercinta, Kecoak Jantan dan Betina Ini Saling Memakan
Baca Juga: Mengapa Pria Mengantuk Setelah Berhubungan Seks? Begini Menurut Sains!
Baca Juga: Studi DNA Ungkap Hubungan Seks Antar Spesies Manusia dan Neanderthal
Dan sementara banyak penderita asma mungkin terlalu malu untuk membicarakan masalah tersebut dengan dokter, Leung mengatakan bahwa meningkatkan kesadaran akan masalah ini dapat membantu membatasi gejolak di kamar tidur. “Patofisiologi asma akibat hubungan seksual mirip dengan asma akibat olahraga, jadi masuk akal jika pengobatannya serupa,” katanya.
"Kami merekomendasikan agar para pasien meminum SABA (short acting beta agonist) mereka - kemungkinan besar berupa albuterol inhaler mereka - 30 menit sebelum melakukan hubungan seksual untuk mencegah serangan asma."
"Beberapa pasien mungkin berpikir itu menghilangkan romansa, tetapi tidak ada yang lebih romantis ketimbang merawat diri sendiri dan tidak membuat pasangan Anda mengalami serangan asma."
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR