Alam, seorang asisten profesor di Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman Science and Technology University, Bangladesh, mengatakan bahwa globalisasi telah menyebabkan berbagai kegiatan pembangunan yang meningkatkan emisi CO2.
“Inovasi teknologi juga memperparah emisi karbondioksida, jika tidak mengadopsi metode-metode hijau,” kata Alam, seperti dikutip dari SciDev.Net.
Dia menambahkan bahwa "kebijakan pengendalian korupsi yang efektif dan komprehensif" diperlukan bersamaan dengan inovasi teknologi ramah lingkungan untuk mengatasi emisi karbon dioksida.
Chiranjib Chakraborty, profesor di School of Life Science and Biotechnology di Adamas University, Kolkata, menyatakan bahwa emisi CO2 dan masalah lingkungan terkait dapat ditangani dengan mengadopsi resolusi yang dibuat pada KTT iklim COP26 2021 di Glasgow, Skotlandia.
Dalam KTT tersebut para ilmuwan dan pembuat kebijakan sepakat untuk menegaskan kembali target Perjanjian Paris untuk membatasi suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celsius. Mereka juga sepakat untuk berupaya mengatur dana untuk pemulihan polusi yang akan diberikan oleh negara-negara kaya kepada negara-negara miskin dan mendorong penggunaan energi terbarukan sambil memotong produksi dan penggunaan bahan bakar berbasis energi fosil.
Sayangnya, para pihak yang berkumpul untuk COP27 di Sharm El-Sheikh Mesir bulan ini gagal mencapai kesepakatan untuk memperkuat target tersebut.
"Para peneliti harus memprioritaskan solusi untuk emisi karbon dioksida yang mempertimbangkan pengentasan kemiskinan dan peningkatan pendapatan di negara-negara berkembang," tegas Chakraborty.
Source | : | SciDev.Net |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR