Nationalgeographic.co.id - Meski menjadi salah satu kekaisaran terbesar dan kuat di masanya, Tiongkok kuno tidak memiliki minat untuk mengeksplorasi dunia. Alih-alih berada di tengah benua Asia, posisinya sebenarnya sangat strategis di pinggiran Asia. Tiongkok kuno tentu dapat memanfaatkan jaringan pelabuhan dan teluk yang luas untuk tempat nelayan dan pedagang beroperasi. Akan tetapi akhirnya Tiongkok muncul di peta dunia dan dikenal hingga kini. Sudah sejak lama terjadi perdebatan soal siapa yang berjasa mewakili Tiongkok kuno ke dunia barat. Salah satunya adalah Cheng Ho, kasim yang membawa Tiongkok kuno ke panggung dunia.
Awalnya banyak yang mengira jika Tiongkok kuno adalah bagian dari Mongol
Selama abad ke-12, bangsa Mongol sangat aktif. Di masa itu, mereka memiliki rencana besar untuk menginvasi Jepang. ini berarti sebagian besar berita yang terdengar dari Asia Timur jauh adalah tentang bangsa Mongol atau Jepang.
Oleh karena itu, sangat sedikit yang terdengar tentang Tiongkok. Banyak orang Barat berpikir bahwa Tiongkok mungkin adalah bagian lain dari Korea.
Keinginan Kaisar Yongle dari dinasti Ming untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan
Selama masa dinasti Ming di abad ke-14, Tiongkok sangat Makmur. “Kekaisaran ini menjadi pemain besar di dunia perdagangan Timur,” tulis Andrei Tapalag di laman History of Yesterday.
Kaisar Yongle merasa bahwa komoditas yang diproduksi oleh Tiongkok dapat dianggap sangat berharga oleh orang Barat. Jika ini terjadi, Tiongkok bisa memperoleh keuntungan yang besar dari perdagangan. Keuntungan itu akan dibutuhkan untuk kampanye militernya kelak.
Kaisar pun membuka jalan menuju kejayaan melalui perang saudara yang berdarah. Haus kekuasaan mungkin menjadi pemicu keinginan kuat untuk mengekspos pasukannya baik di dalam maupun di luar kekaisaran.
Baca Juga: Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim
Baca Juga: Jalur Rempah Utara-Selatan: Simpul Filipina, Tiongkok, dan Nusantara
Baca Juga: Berasal dari Tiongkok, Ini Sejarah Mangkuk Ayam Jago yang Tersohor
Selain haus kekuasaan, Yongle juga memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Dia ingin tahu orang, hewan, atau fenomena seperti apa yang ada di seberang lautan.
Meski Kaisar Yongle tidak secara langsung menempatkan Tiongkok di peta dunia, semua berawal darinya.
Untuk mencapai tujuannya, Kaisar Yongle membutuhkan seseorang yang mau menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut. Pasalnya, tidak ada yang tahu apa yang menanti di perairan barat yang akan diarungi saat itu. Atau musuh seperti apa yang akan dihadapi saat memulai perjalanan penuh bahaya itu.
Andil Laksamana Cheng Ho dalam menempatkan Tiongkok di peta dunia
Orang yang dipilih untuk perjalanan ini adalah Laksamana Cheng Ho. Ia jugalah yang akhirnya menempatkan Tiongkok di peta dunia.
“Cheng Ho berasal dari provinsi Yunnan selatan. Seorang Muslim,” ungkap Tapalaga. Ia adalah keturunan dari seorang menteri dinasti Mongolia. Dengan penaklukan provinsi asalnya oleh dinasti Ming, ia menjadi tawanan di istana kaisar.
Seiring waktu Cheng Ho menjalankan banyak tugas penting. Ia bertarung di sisi Kaisar Yongle sampai akhirnya mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari sang kaisar.
Sejarawan mengatakan bahwa Cheng Ho adalah seorang visioner yang melihat potensi Tiongkok. Di saat yang sama, sang laksamana yakin jika tidak ada masa depan bagi bangsa Mongol yang kejam.
Ekspedisi yang membuahkan hasil
Pada tahun 1403 Yongle memberikan kepercayaan pada laksamananya untuk memimpin armada besar. “Armada itu akan melakukan ekspedisi ke dunia luar dan menunjukkan kekuatan dinasti Ming,” Tapalaga menambahkan lagi.
Inti armada diwakili oleh kapal dagang sepanjang 80 meter dan sarat dengan segala jenis barang khas dari Tiongkok. Para prajurit yang melindungi armada itu berada di dalam kapal yang sama atau menggunakan kapal kecil yang mengikuti dari belakang.
Pada 1405, armada besar Tiongkok pertama siap untuk berlayar. Armada yang dipimpin Cheng Ho terdiri dari 62 kapal dengan awak 28.000 orang.
Cheng Ho kemudian melakukan perjalanan jauh dan luas melalui Vietnam, Jawa, Srilangka, dan India Selatan. Di semua tempat itu, barang-barang mewah seperti porselen dan sutra ditukar dengan rempah-rempah, hewan eksotis, dan benda-benda lain yang berharga.
Dua perjalanan lainnya mendorong armada itu ke barat. Tentara yang mengiringi membantu melawan bajak laut atau raja lokal yang menolak untuk bekerja sama.
Pelayaran keempat dilakukan antara 1413 dan 1415. Kali ini, Cheng Ho menjelajah lebih jauh lagi. Armada kekaisaran mencapai Teluk Persia, Arab selatan, dan bahkan Afrika Timur. Ekspedisi itu membawa kembali kekayaan dan spesimen flora dan fauna aneh lainnya. Selain itu, Cheng Ho juga membawa perwakilan diplomatik dari Arab dan Afrika ke istana kekaisaran.
Hasil dari ekspedisi ini adalah pertukaran diplomat dan barang-barang dagang. Pada tahun 1422 sebuah ekspedisi baru disiapkan yang akan membawa mereka ke belahan dunia lain. Namun biaya fantastis yang dibutuhkan membuat ekspedisi ini sedikit terhambat.
Terlebih lagi, pada tahun 1424 laksamana pemberani mengalami kejutan yang mengerikan. Saat itu, mentor kekaisarannya meninggal. Penerusnya, putra surgawi yang baru, tidak lagi bersedia melanjutkan ekspedisi.
Ekspedisi laut tidak lagi menjadi tujuan utama. Sepeninggal Kaisar Yongle, para petani kembali menjadi sorotan sehingga ini merugikan para pelaut. Kapal-kapal dibawa ke pelabuhan, para pelaut dipulangkan.
Meski akhirnya terhenti, ekspedisi itu tidak sia-sia. Berkat Cheng Ho dan armadanya, Tiongkok kuno dikenal dan muncul di peta dunia.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR