Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1915, ahli paleontologi Jerman Ernst von Stromer mengumumkan penemuan rahang memanjang dan kerangka parsial Spinosaurus aegyptiacus di Gurun Barat Mesir. Dinosaurus itu diyakini merupakan spesies yang mengkhususkan dirinya di perairan, tapi analisis terbaru mengoreksi hal tersebut.
Analisis terbaru dari University of Chicago menemukan bahwa Spinosaurus aegyptiacus sepertinya merupakan dinosaurus semi akuatik, bukan dinosaurus yang khusus di perairan.
Deskripsi lengkap analisis tersebut telah dipublikasikan di eLife dengan judul "Spinosaurus is not an aquatic dinosaur."
Seperti diketahui, spinosaurus aegyptiacus, dinosaurus theropoda yang didukung layar yang hidup di tempat yang sekarang disebut Afrika Utara selama periode Cretaceous, sekitar 95 juta tahun yang lalu.
Dinosaurus ini tidak stabil di perairan yang lebih dalam dengan sedikit kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri, berenang, atau bermanuver di bawah air.
Tulang-tulang lain yang ditemukan di dekatnya berkontribusi pada rekonstruksi awal dinosaurus sebagai berkaki dua pemakan ikan yang didukung layar di punggungnya, tak lama sebelum semua tulang ini dihancurkan dalam Perang Dunia II.
Selama 30 tahun terakhir, tengkorak tambahan dan tulang kerangka terungkap di Maroko barat di tempat tidur dengan usia yang sama dengan yang ada di Mesir.
Yang terpenting di antara temuan ini adalah kerangka parsial yang memungkinkan rekonstruksi Spinosaurus aegyptiacus yang lebih lengkap, yang menegaskan interpretasinya sebagai pemakan ikan semiakuatik.
Sejak penemuan awal, ahli paleontologi mengumpulkan ekor yang hampir lengkap dari kerangka yang ditemukan kembali, yang tersembunyi di sedimen di sisi tambang tulang asli.
Ekornya memiliki duri yang tinggi dan ramping yang akan tertutup kulit, versi layar di punggungnya.
Pada tahun 2020, mereka mengusulkan agar Spinosaurus aegyptiacus menggunakan ekor berdaging ini untuk mendorong dirinya seperti belut melalui kolom air sebagai predator akuatik sepenuhnya.
Source | : | Sci News,ELife |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR