Nationalgeographic.co.id—Saat jatuh cinta, semua hal terasa indah dan menyenangkan bahkan membuat banyak hal dapat diabaikan karenanya. Tapi sebenarnya apa yang terjadi pada otak kita saat jatuh cinta?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, profesor ilmu psikologi di University of Missouri-St. Louis telah mempelajari bagaimana cinta mengubah otak Anda secara waktu nyata.
Dia dan ahli saraf lainnya melakukan pemindaian otak dan menemukan bahwa bagian otak mendapatkan lebih banyak oksigen saat jatuh cintah. "Itu adalah proksi untuk aliran darah dan aktivitas otak," kata Langeslag kepada Live Science.
Langeslag juga menggunakan electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otak saat subjek diperlihatkan foto orang yang dicintai.
Tes mengungkapkan bahwa otak orang lebih terang ketika melihat gambar pasangan mereka. "Kami telah menentukan bahwa orang lebih memperhatikan orang yang mereka cintai daripada orang asing yang cantik atau teman mereka."
Gül Dölen, Profesor ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Johns Hopkins University di Baltimore mengatakan, ternyata jatuh cinta berhubungan dengan pelepasan bahan kimia otak utama dari daerah tertentu di otak.
Salah satu daerah otak ini adalah hipotalamus. Daerah multi-fungsi seukuran almond ini jauh di dalam otak melepaskan hormon oksitosin, atau yang disebut Dölen sebagai "zat kimia cinta".
Saat jatuh cinta, otak melepaskan hormon oksitosin yang juga dilepaskan saat melahirkan, menyusui, dipeluk dan orgasme. Oksitosin merupakan hormon khusus yang mendorong ikatan yang dihasilkan oleh sel-sel di hipotalamus ke kelenjar pituitari, di mana ia disimpan untuk digunakan nanti.
Jenis cinta
"Hal pertama yang harus kami perjelas adalah apa yang kami maksud dengan cinta," kata Dölen.
"Kami memiliki satu kata dalam bahasa Inggris. Orang Yunani memiliki enam kata untuk berbagai jenis cinta," dari hasrat seksual hingga persahabatan hingga cinta kemanusiaan yang mendalam.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Live Science,Neuron Journal |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR